Mohon tunggu...
ryou
ryou Mohon Tunggu... Pelajar sejak dini

Cuma numpang lewat aja.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Tokoh Minoritas dalam Proklamasi Kemerdekaan

11 Mei 2025   17:38 Diperbarui: 11 Mei 2025   18:08 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Indonesia adalah negara yang kaya akan keragaman. Kita punya banyak etnis, agama, dan budaya yang berbeda-beda. Tapi, keragaman ini tidak menjadi masalah dalam perjuangan kemerdekaan kita. Bahkan, banyak tokoh minoritas yang turut ambil bagian dalam peristiwa penting seperti Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Mereka bukan Cuma diam, tapi aktif ikut serta dalam perjuangan untuk merdeka.

Salah satu tokoh minoritas yang jadi peran kecil tapi penting dalam Proklamasi adalah Sayuti Melik. Dia adalah pemuda Betawi dari etnis Arab. Sayuti Melik adalah anggota Bintara yang aktif dalam gerakan anti-Belanda. Dia gak Cuma ikut serta, tapi juga bantu sebarkan naskah proklamasi ke berbagai tempat di Jakarta. Dia juga ikut bantu amankan naskah proklamasi yang disimpan di rumah Laksamana Maeda. Peran Sayuti Melik menunjukkan bahwa perjuangan kemerdekaan itu bukan Cuma urusan orang banyak, tapi semua orang, termasuk minoritas, punya peran.

Selain Sayuti Melik, ada juga tokoh minoritas yang turut ambil bagian dalam perjuangan kemerdekaan, yaitu Djiaw Kie Siong, seorang petani keturunan Tionghoa yang rumahnya di Rengasdengklok menjadi pangkalan rahasia pada malam 16 Agustus 1945. Di desa yang jauh dari pusat kekuasaan Jepang itu, Djiaw Kie Siong menyediakan tempat bermalam bagi Soekarno--Hatta, menyelamatkan mereka dari tekanan golongan tua dan Jepang yang masih membayangi. Keberaniannya, meski berisiko dianggap pemberontak, mencerminkan betapa etnis minoritas mengambil peran praktis demi kelahiran bangsa. Sekarang, furnitur asli di ruang pertemuan itu---meja, bangku, ranjang---tersimpan di Museum Siliwangi, sebagai saksi bisu keberagaman pelaku sejarah.

kemudian ada juga, Sutan Sjahrir, sosok muda dengan pemikiran sosialis, bergerak di balik layar meredam ketegangan antara golongan muda dan tua. Lewat perundingan-perundingan rahasia, ia mendesak agar Proklamasi segera dikumandangkan, sekaligus ngerancang cetak biru demokrasi yang kelak menjadi pijakan republik. Gagasan tentang persamaan hak dan pemerintahan berasaskan musyawarah ia tanam sejak hari-hari pertama kemerdekaan, menjadikan Proklamasi bukan sekadar dokumen politik, melainkan embrio sistem pemerintahan modern.

selanjutnya ada A.R. Baswedan. Lahir dari keluarga Arab di Surabaya, Abdurrahman Baswedan membuktikan bahwa cinta tanah air nggak kenal darah atau asal-usul. Lewat tulisannya di media dan perannya sebagai tokoh pergerakan, ia aktif menyuarakan bahwa warga keturunan Arab adalah bagian dari bangsa Indonesia.

Setelah proklamasi, A.R. Baswedan juga berperan penting dalam diplomasi: dia ikut dalam misi diplomatik ke Timur Tengah, memperjuangkan agar negara-negara Arab mengakui kemerdekaan Indonesia. Bayangin aja—saat negara kita masih seumur jagung, beliau udah ikut lobi ke luar negeri. Keren banget, kan?

Dan yang terakhir ada Amir Sjarifuddin. Nama Amir Sjarifuddin mungkin terdengar asing bagi sebagian orang muda sekarang, tapi di masa perjuangan kemerdekaan, dia adalah sosok penting. Seorang Kristen Batak dari Medan, Amir adalah pemimpin pemuda yang aktif melawan Jepang secara bawah tanah.

Dia juga pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan di kabinet awal Republik, dan bahkan menjadi Perdana Menteri. Tapi yang lebih penting dari jabatannya adalah ide dan semangatnya: bahwa Indonesia harus merdeka, adil, dan terbuka bagi semua golongan.

Peran tokoh-tokoh minoritas dalam Proklamasi juga jadi contoh bagus tentang nilai persatuan dan kesatuan. Meskipun mereka dari latar belakang yang beda, mereka punya satu tujuan yang sama, yaitu untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ini jadi bukti bahwa keragaman etnis, agama, atau budaya gak jadi masalah dalam perjuangan kemerdekaan. Malah, keragaman ini jadi kekuatan yang bikin semangat persatuan kita makin kuat.

Peran tokoh minoritas dalam Proklamasi juga jadi pelajaran bagi kita sekarang. Mereka ngajarin kita bahwa setiap orang, gak peduli dari mana asalnya, punya peran penting dalam membangun bangsa. Kemerdekaan bukan Cuma hasil dari perjuangan satu kelompok, tapi hasil dari semua elemen masyarakat, termasuk minoritas.

Dalam sejarah, peran tokoh minoritas dalam Proklamasi juga jadi bukti bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia itu inklusif. Gak ada yang dikecualikan. Semua orang bisa ikut serta, gak peduli dari mana asalnya. Ini jadi landasan penting buat kita terus jaga semangat persatuan dan kesatuan, bahkan di tengah perbedaan-perbedaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun