Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Kedewasaan Netizen dan Inilah Kenapa Fadli Zon Baik-baik Saja

26 Februari 2019   13:36 Diperbarui: 26 Februari 2019   13:49 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://tribunrakyat.com

Saya tertarik pada pertanyaan Bung Ronny di acara Deklarasi Damai Penulis pada hari Minggu lalu (17/2/2019) di Hotel Santika, Jakarta. Pada sesi tanya, Bung Ronny seorang penulis Kompasiana dengan nama Ronald Wan itu bertanya kepada Bung Zulfikar Akbar tentang kedewasaan masyarakat kita dalam bermedia sosial khususnya di bidang politik.

Oya, flashback sebentar, Bung Zulfikar ini adalah tokoh yang cuitannya viral akibat terindikasi menghina salah satu Ustad yang berseberangan dengan pemerintah, alias ustad oposisi. Akibatnya panas, Bung Zulfikar dicabut dari status karyawan di salah satu tabloid olahraga.

Jawaban Bung Zulfikar terus terang bagi saya masih menggantung, kurang klimaks gitu. Seharusnya di jawab saja bahwa memang masyarakat kita masih belum dewasa tentang media sosial, terutama berita politik.

Masyarakat kita adalah masyarakat yang paling hobi dan gemar dalam bermedsos di antara masyarakat lain se Asia. Dari medsos model Facebook, Twitter, Line dsb, Indonesia adalah juara.

Sayangnya skill dewa jempol orang Indonesia tidak di dukung oleh kedewasaan dan kemampuan otak yang baik dalam mencerna bahasa. Akibatnya, politik di tangan netijen asal Indonesia bisa menjadi biang keladi permusuhan.

Kita belum bisa memisahkan mana kritik dan mana menghina. Twit Bung Zulfikar dianggap menghina, padahal tidak ada satupun bung Zulfikar di dalam kritiknya menyebut Ustad tersebut gila atau bodoh. 

Atau lebih jauh lagi, Bung Zulfikar mengumpat dengan kata binatang, atau membuat meme dengan menambahkan atribut menjijikan ke dalam foto Ustad tersebut, seperti yang dilakukan cyber anti-Jokowi terhadap Presiden Jokowi.

Bung Zulfikar yang merupakan Kompasianer Of The Year 2017, di dalam twitnya mengatakan bahwa ajaran ustad tersebut menghasilkan umat yang beringas. Kata-kata beringas disini bisa di artikan baik dan buruk.

Seorang atlet beringas di trek lari artinya positif. Namun orang beringas di kerusuhan artinya negatif, itu dua arti dari dua sudut pandang. Tapi jelas tidak berarti Bung Zulfikar menghina seorang Ustad dengan kata-kata beringas.

Beda jika anti-Jokowi mengeluarkan meme Presiden Jokowi yang di beri atribut binatang, atau wajah beliau ketika sedang tidak baik, atau dakwah Bahar bin Smith yang menghina Presiden dengan pembalut wanita. Ini jelas penghinaan.

Karena ketidakdewasaan netijen yang budiman inilah kita wajib berhati-hati. Orang bodoh tersebar di dunia maya. Bung Zulfikar menjadi korbannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun