Mohon tunggu...
Ryo Kusumo
Ryo Kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Profil Saya

Menulis dan Membaca http://ryokusumo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inilah 5 Kelompok Warganet di Balik Pembebasan Ba'asyir

22 Januari 2019   21:26 Diperbarui: 23 Januari 2019   13:32 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: fokus.tempo.co

Warganet seolah dimanjakan di awal tahun ini, bagaimana tidak, belum selesai kita heboh soal debat, kita ramai lagi soal pembebasan Abu Bakar Ba'asyir, tahanan teroris yang rencana di bebaskan tanpa syarat oleh Presiden Jokowi atas pendekatan Yusril Ihza Mahendra yang tampak semakin cool saja.

Lini masa medsos tak pernah sepi dari hiruk pikuk politik, bukan hanya agama jadi politik, hukum jadi politik bahkan makan sate kambing di Solo pun dianggap politik. Jangan-jangan moment sunatan Jan Ethes nanti pun akan dianggap pencitraan politik ~Subhanallah Mylov

Untuk itu khusus kasus "Ba'asyir mau di bebaskan" ini saya tidak mau menulis opini dari saya pribadi, bosan. Sekali-kali bolehlah saya meng-kompilasi kelompok warganet yang (lagi-lagi) terpecah di media sosial. 

Oke ini dia:

Kelompok Pertama: Penganut Pro Hati Nurani

Kelompok ini adalah kelompok yang percaya bahwa pembebasan Abu Bakar Ba'asyir ini murni panggilan jiwa Presiden Jokowi. Hati mereka sungguh mulia bagai pualam. Tidak tampak ada pikiran macam-macam. Mungkin mereka calon pertama penghuni surga. Komen mereka.

"Sesama manusia, sudah sepantasnya kita saling tolong menolong, utamanya terhadap yang uzur, langkah yang tepat, pakailah hati nurani rakyat, maka April nanti jangan lupa pilih H*n*ra". Hmm..pantes!.

"Alhamdulillah ukhti, betul-betul pemimpin kita adalah pemimpin beerakhlak mulia, semoga Ustad segera bertaubat kepada NKRI". Hmmm..oke deh.

Atau..

"Ustad sudah uzur, sudah seharusnya mendapat perlakuan istimewa, Presiden kita amanah, alhamdulillah, semoga Ustad nyoblos nomor 01"

"Alhamdulillah, ini karena pak Prabowo, perlakuan yang sangat berbudi luhur, Good Ustad akan pilih Good bener, pasti coblos nomor 02". 

Eh sudah ya, nanti lebih aneh lagi.

Kelompok Kedua: Penganut fanboy Yusril

Kelompok ini ada yang bilang orang bayaran. Akibat pesona Yusril yang mulai tenggelam. Ketika The Mickey Mouse tak tampak lagi di pasar, yang ada justru gerakan Yusril yang dinilai sangat cerdas. Mereka berkata.

"Manuver brilian seorang Yusril, YIM ganteng keliatan makin ganteng.."

"Alhamdulillah Ustad bebas, ketahuilah wahai ce*ong, ini bukan karena Jokowi, tapi karena Yusril!! Pilih Yusril, jangan yang lain"

"Terima kasih pak Yusril, engkaulah piala hati ini, kapan sih pak Yusril jomblo?? #eaa #eaa"

Gerakan Yusril ini bahkan dipuji oleh Fadli Zon, entah ada angin apa Fadli Zon bisa memuji langkah dari tim pemenangan Jokowi-Ma'aruf. Saya curiga adanya hubungan antara Yusril dengan Fadli Zon. Ah, semoga mereka setia dengan pasangan masing-masing.

Kelompok Ketiga: Penganut Teori Konspirasi I

Kelompok ini sama dengan yang nulis tulisan ini, kelompok mayoritas. Namun terbagi menjadi sub-kelompok. Kita jabarkan ya:

* Sub-Kelompok I: Menaikkan Elektabilitas Jokowi

Mudah saja, sangat simple. Yusril mencoba menaikkan elektabilitas Jokowi dengan merayu Jokowi agar menyetujui pembebasan tanpa syarat Abu Bakar Ba'asyir. Tujuannya agar Jokowi dinilai sebagai Pemimpin Negara yang pro ulama, pro-Islam, anti-Wahyudi dan anti-Mamarika. 

Ada dua sub-kelompok lagi yang menyenangi hal ini. Diantaranya.

Golongan I: Teori ini sangat disenangi oleh fanboy Islam Radikal (ISIS, AL-Qaeda dll), dan berharap para pro Islam radikal akan memilih Capres 01.

Golongan II: Banyak yang bersyukur karena mereka kenal Ba'asyir sebelumnya, pernah nyantren di Ngruki bahkan pernah satu meja makan dengan Ba'asyir. Kesan beliau adalah Ustad Ba'asyir jauh dari kesan teroris, tidak pernah di Ngruki mereka di ajari jihad dengan bunuh diri, tidak pernah keluar kata-kata dari Ba'asyir "darah kafir itu halal". Mereka beragama dengan sewajarnya.

Sehingga, mereka berpendapat bahwa Ba'asyir menolak NKRI adalah konsep ke-tauhidan, untuk Ba'asyir sendiri dan pengikutnya. Ke-tauhidan bukan selalu berarti mengganggu pemerintah yang sah. Pemerintahan tetap berjalan, tapi prinsip hidup pun berjalan. 

Disini saya jadi mengingat gerakan Syekh Siti Jenar dengan Manunggaling Kawula Gusti, meskipun konsep tersebut di anggap salah, namun Siti Jenar tidak pernah mengangkat senjata melawan Demak Bintoro.

Oya, ada yang menarik. Mereka memiliki argumen kuat bahwa Ba'asyir tidak terlibat gerakan terorisme. Alasannya, Ba'asyir diangkat menjadi ketua Jemaah Islamiyah (JI) di tahun 2000, dan faktanya Ba'asyir ditolak oleh sebagian jamaah, seperti pernah saya tulis. Kenapa? Karena Ba'asyir dianggap terlalu lembek. Siapa jamaah tersebut? Imam Samudra, Amrozi, Noordin Top dll. 

Ba'asyir pun keluar dari JI dan mendirikan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). MMI tidak pernah terbukti pernah melakukan teror dan justru meng-klaim anti-ISIS, kecuali pernyataan Amerika sepihak. Lalu terjadilah bom Bali di tahun 2002. Ndilalah, yang terbukti melakukan pengeboman adalah para anggota JI yang menolak Ba'asyir.

Sehingga jika Ba'asyir menolak bahwa dirinya bersalah atas tidak adanya bukti-bukti, sah-sah saja. Yang dituduhkan adalah ajaran Ba'asyir yang 'beda' dengan Islam Nusantara bawaan para Sunan. Ba'asyir mengajarkan Islam murni tanpa embel-embel budaya. Inilah yang membuat Ba'asyir dianggap sepemahaman dengan para radikalis. Bahkan lebih jauh, Ba'asyir-lah otak terorisme.

Ini yang di anggap Golongan II ini bahwa Ba'asyir memang tidak bersalah, dan mereka senang Ba'asyir bisa dibebaskan tanpa syarat.

~wow banget ferguso!!

* Sub-Kelompok II: Menurunkan Elektabilitas Jokowi

Ini pengikut aliaran galau, apa-apa dikit yang tidak sesuai dengan kehendaknya galau. Sudah pakem pilih Capres 01 eh lantas ikut-ikutan tidak setuju dengan pembebasan Ba'asyir. Timses Jokowi harus jeli mewaspadai gerakan-gerakan galau ini. Tujuan mereka pun bukan memberi dukungan ke Capres 02 Prabowo, tapi memilih golput.

Bagi mereka, Jokowi pro-teroris, Jokowi tidak komitmen terhadap penegakan hukum.

Padahal  jika di telisik lebih jauh, golongan ini tidak mengetahui apapun terkait berita Abu Bakar Ba'asyir. Yang mereka tahu Ba'asyir adalah gembong teroris. Sah-sah saja sebenarnya, tetapi berkesimpulan hingga beralih ke golput malah terkesan lebay. 

Menurut tukang bakso "Orang galau itu mudah disusupi". Disinilah yang cukup rawan di pihak Jokowi-Ma'aruf. Dan sepertinya intelijen membaca draft artikel ini. Buktinya Ba'asyir belum di bebaskan. Mereka cukup bermain cantik.

~Hmm...masa sih jon?

Kelompok Keempat: Penganut Teori Konspirasi II: Ba'asyir Versus Habib Rizieq Shihab.

Jangan tertawa, ini penganut teori konspirasi tingkat tinggi. Perlu dilakukan konfrensi tingkat tinggi se-Asia Antartika untuk membahas isu ini.

Asumsi mereka, Ba'asyir lahir dari pesantren, memiliki ideologi Islam murni, dan tidak punya kepentingan politik. Sedangkan HRS agak bingung, maunya Islam murni, tapi ingin menggaet masyakarat untuk politik sehingga ada modifikasi, namanya NKRI Bersyariah.

MMI meng-klaim anti-ISIS, anti kekerasan, sedangkan HRS dan FPI sebaliknya. Ba'asyir menjalani dakwaan di penjara, meskipun tetap mengaku tidak bersalah, sedangkan HRS justru pergi ke Saudi dan belum kembali.

Pembebasan Ba'asyir akan mendulang simpatik dari penganut Islam garis keras, yang justru akan merontokkan jagoan FPI di Pilpres 2019, Capres 02 Prabowo-Sandiaga Uno. Dimana, mayoritas Islam garis keras saat ini ada di belakang Capres 02.

~Hmm...bole juga ya lur!

Kelompok Kelima: Penganut Paham Selow is Everthing You Need, beib!

Ini kelompok paling rasional, selow dan tetap di pojokan meski kita ribut sendiri.

Saya dekati warga bertipe ini, katanya santai: "Klo Jokowi membebaskan Ba'asyir, nanti di cap pro-teroris, kalo nanti tidak jadi, nanti di cap "tidak cinta ulama", lha kan sudah biasa tho.." Ujar seorang bapak bertopi pet sambil tetap asyik dengan filternya.

"Jokowi mau bebasin pun suka-suka dia, lha Desember kemarin harusnya sudah bisa bebas kok asal mau tanda tangan..Lha sekarang, surat dari Jokowi aja belum ada, kamu udah ribut!" Sambungnya.

"Tapi, kan jadi kurang greng gitu, tidak klimaks kalo nanti batal dibebasin, om?" Kejar saya.

"Dasar netijen, kamu itu lho, mau yang greng klimaks tok, apa-apa dibuat klimaks..hambok selow sedikit, pemanasan aja baru mulai kok sudah klimaks..he he he"

~Ouuu...siyaaap om!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun