"Bisakah sebuah kampung kecil di pesisir Surabaya mengajarkan kita arti menjaga bumi sambil tetap sejahtera?"
Pertanyaan itu terjawab lewat perjalanan Kampung Berseri Astra (KBA) Gunung Anyar Tambak, sebuah komunitas yang berhasil mengubah wajah kampung pesisir menjadi ruang hidup yang sehat, produktif, dan berkelanjutan.
Latar Belakang: Hidup di Tepi Kota, Dekat dengan Ancaman
Gunung Anyar Tambak adalah sebuah kawasan pesisir di Surabaya Timur. Letaknya berada di tepi Selat Madura, berbatasan langsung dengan tambak-tambak ikan bandeng dan udang. Sekilas, kampung ini terlihat biasa saja. Namun sebelum 2016, kehidupan warga diwarnai tantangan yang tidak ringan.
Setiap musim hujan, banjir rob datang menggenangi rumah-rumah warga. Abrasi laut menggerus lahan tambak sedikit demi sedikit. Belum lagi sampah plastik yang menumpuk di pesisir, terbawa arus dari sungai-sungai kota. Lingkungan menjadi kotor, bau, dan tidak sehat.
"Dulu kalau ada tamu datang, kami sering malu. Jalan becek, sampah nyangkut di pohon, dan anak-anak sering sakit kulit karena main di air kotor," kenang Slamet Santoso (52), seorang nelayan yang sudah tinggal di kampung itu lebih dari 30 tahun.
Masalah ekonomi juga menghimpit. Hasil tangkapan ikan dan udang tidak menentu. Penghasilan keluarga rata-rata hanya sekitar Rp1,2--1,5 juta per bulan, jauh dari cukup untuk kebutuhan hidup di kota besar seperti Surabaya. Banyak anak muda merasa tidak ada masa depan di kampung, hingga memilih merantau ke kota.
Hadirnya Kampung Berseri Astra
Perubahan mulai terasa ketika PT Astra International Tbk masuk lewat program Kampung Berseri Astra (KBA) pada 2016. Astra datang bukan sekadar memberi bantuan, melainkan membangun sistem yang menyentuh empat pilar utama: pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan kewirausahaan.
Di Gunung Anyar Tambak, fokus pembinaan lebih banyak diarahkan pada lingkungan dan ekonomi pesisir. Langkah-langkah konkrit pun dijalankan: