Mohon tunggu...
Ryeska Fajar
Ryeska Fajar Mohon Tunggu... karyawan swasta -

~

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tentang Dia

4 April 2016   16:22 Diperbarui: 4 April 2016   17:34 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mungkin memilih jalan yang benar lalu meyakininya dalam kesunyian dan kesendirian adalah jalan yang mudah buat kita, tapi memperjuangkan kebenaran dengan segala risikonya itu adalah perkara yang sama sekali berbeda. Karena untuk itu membutuhkan keberanian dan keutuhan karakter.

Dari sekian banyak orang yang saya kenal, ada satu teman yang punya sifat sepemberani itu. Saat SMA dia tergolong anak cerdas. Kala UN, dia dipaksa untuk memberikan contekan untuk teman2nya oleh pihak sekolah. Kalau itu saya, mungkin saya akan mengiyakan walau saat ujian akan pura-pura tidak dengar bisik-bisik teman yang minta kunci jawaban.

Tapi tidak dengan anak ini! Terang-terangan dia menolak perintah kepala sekolahnya! Saat diancam tidak akan diluluskan, dia mengancam balik akan memperkarakan soal ini ke media! Akhirnya dia pun ujian dengan aman dan tidak menodai prinsipnya sama sekali. Pernah juga ia memimpin aksi untuk menurunkan kepseknya yang terlibat korupsi hingga akhirnya sang kepsek dinonaktifkan. Saat itu dia masih usia 17 tahun! Bayangkan apa yang bisa dia lakukan saat nanti usianya 40 tahun dan jadi salah satu pemimpin negeri ini?

Demikian juga saat anak ini masih duduk di bangku SD. Taksegan dia melawan 'preman' kelas yang membully teman lainnya. Walau saat itu dia belum bisa mengontrol emosi dan malah habis-habisan menghajar si 'preman' dan kawan-kawannya. Yang jelas sifat pemberani dan taksegan menunjukkan terang-terangan pilihan hatinya adalah dua sifat yang kadarnya masih sangat kecil dalam kepribadianku. 

Entah mungkin tabiat orang Pulau Jawa atau bagaimana, saya terbiasa memendam keyakinan saya ketika berbeda pendapat dengan entah siapa, meski nantinya jalan yang saya ambil tetaplah jalan yang saya yakini kebenarannya. Saya lebih mencari aman dengan jalan melawan dalam diam.

Bertemu dengan anak ini, mau tidak mau membuat saya berpikir kembali tentang sifat saya itu. Apakah mau selamanya menjadi orang yang terkesan pengecut dengan diam-diam memilih jalan yang saya yakini kebenarannya secara terang benderang?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun