Mohon tunggu...
Ryan putra
Ryan putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sosiologi FISIP UNS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Eksistensi Permainan Tradisional dalam Pengaruh Teknologi

21 Mei 2022   17:49 Diperbarui: 23 Mei 2022   00:35 1672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Permainan Tradisional dan Permainan Modern

Permainan menurut KBBI adalah sesuatu yang digunakan untuk bermain atau sesuatu yang dipermainkan. Sedangkan menurut Plato, Aristoteles, dan Froebel, permainan adalah aktivitas yang memiliki nilai praktis. Nilai praktis di sini dapat dimaknai seperti berlari, melompat, menangkap, dan lain-lain yang mampu menumbuhkan fungsi motorik. Permainan juga merupakan alokasi sumber daya energi yang tersisa. Itu karena aktivitas bermain biasanya dilakukan sebagai aktivitas sampingan setelah semua aktivitas utama telah selesai (Musa et al, 2021).  

Permainan dalam perkembangannya terbagi menjadi dua, yaitu: permainan tradisional dan permainan modern. Permainan tradisional adalah permainan yang berkembang secara turun-temurun sebagai tradisi yang diwariskan dari nenek moyang, tidak diketahui asal-usulnya, dan memuat nilai-nilai budaya. Macam permainan tradisional antara lain Delikan, Dakon, Suweng Cublak dan Engklek. Sedangkan permainan modern adalah permainan yang menggunakan teknologi sebagai medium untuk bermain dan diciptakan oleh suatu developer game. 

Permainan modern muncul akibat adanya perkembangan teknologi, terutama teknologi elektronik seperti TV dan komputer. Permainan modern dibagi lagi menjadi dua, yaitu permainan yang membutuhkan koneksi internet dalam memainkannya (online) dan permainan yang tidak membutuhkan koneksi internet untuk memainkannya (offline). Contoh permainan online adalah Valorant, Mobile Legend: Bang Bang, dan Sky Children of The Light. Untuk permainan offline contohnya Diablo I-II, The Banner Saga, Dead Cells, dan lain-lain. Antara permainan online dan offline sebenarnya tidak memiliki pemisahan yang begitu jelas, karena terdapat game yang bisa dimainkan melalui atau tanpa koneksi internet.

Lunturnya Permainan Tradisional 

Aktivitas bermain telah mengalami perubahan. Perubahan tersebut menyangkut jenis permainan yang dimainkan. Masyarakat zaman sekarang lebih memilih untuk memainkan permainan modern daripada permainan tradisional. Penyebabnya adalah karena adanya kemajuan teknologi. Daya tarik masyarakat terhadap permainan tradisional akan semakin terkikis seiring dengan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi memiliki pengaruh yang besar terhadap terkikisnya permainan tradisional karena perkembangan teknologi memiliki arti yang sama dengan perubahan budaya.

Teknologi merupakan bagian dari alat (tools). Keberadaan teknologi tidak dapat dipisahkan dari adanya budaya. Antara teknologi dan budaya tidak dapat dipisahkan karena teknologi merupakan budaya yang bersifat material. Itu artinya, teknologi dapat dilihat sebagai alat yang mempengaruhi cara hidup suatu masyarakat. Oleh karena itu, dengan adanya perkembangan teknologi, maka cara hidup masyarakat pun juga ikut berubah (Heslin, 2017). Perubahan tersebut juga mencakup bagaimana masyarakat melakukan aktivitas bermain. Melalui adanya perubahan alat, maka medium alami yang biasanya digunakan untuk memainkan permainan tradisional seperti bambu, batu, dan karet sekarang mengalami pergantian, yaitu digantikan oleh komputer, HP, dan konsol.

Perubahan yang ditimbulkan oleh teknologi juga dapat mempengaruhi nilai-nilai yang bersifat non-material dari permainan tradisional. Pengaruh tersebut hadir karena implikasi yang disebabkan oleh budaya material tidak hanya menyangkut pada perubahan alat, akan tetapi juga menyangkut nilai yang hadir dari aktivitas yang terkandung dalam alat tersebut. Misalnya dalam hal persenjataan, keris yang digantikan dengan senjata modern seperti pistol tidak hanya menghilangkan fungsi keris sebagai senjata, melainkan juga menghilangkan aspek mistis yang terkandung dari persenjataan tersebut. Demikian pula dengan permainan tradisional, perubahan yang terjadi bukan hanya pada alat yang digunakan sebagai medium permainan dan bagaimana permainan tersebut dilakukan, akan tetapi juga menyangkut nilai yang secara implisit terkandung dalam permainan.

Karena itu, yang menjadi ancaman tidak hanya permainan itu sendiri, melainkan juga menyangkut aspek kesejarahan dan aspek kultural yang termuat di dalam permainan. Misalnya, permainan Suweng Cublak adalah permainan tradisional yang diciptakan Walisongo dengan tujuan untuk mengajarkan anak-anak dalam hal menahan hawa nafsu, jujur menghormati orang tua, dan menjaga harmoni dengan alam (Nugrahastuti et al, 2016). Selain itu, di dalam permainan juga terdapat lagu daerah yang dinyanyikan dalam menjalankan permainan. Dengan tidak adanya permainan Cublak Suweng, maka aspek kultural dan aspek historis yang terkandung dari permainan tersebut akan ikut lenyap karena terlupakan.

Nilai-nilai yang hilang tersebut akhirnya akan tergantikan oleh nilai-nilai yang baru. Nilai baru tersebut bersumber dari permainan-permainan modern yang beredar. Pergantian nilai yang bersumber dari adat istiadat bangsa Indonesia akan digantikan oleh nilai-nilai yang ada di dalam pop culture yang cenderung kebarat-baratan. Dengan demikian, tidak heran jika masyarakat, terutama anak-anak menjadi kehilangan jati diri bangsa karena nilai-nilai yang dikonsumsi tidak berpegang pada akar kultural bangsa, melainkan cenderung mengarah pada budaya populer dunia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun