Mohon tunggu...
Ryan Perdana
Ryan Perdana Mohon Tunggu... Administrasi - Pembaca dan Penulis

Kunjungi saya di www.ryanperdana.com dan twitter @ruaien

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Perjalanan Karierku sebagai Gitaris

20 Desember 2018   08:26 Diperbarui: 20 Desember 2018   08:30 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Entah mengapa sejak kecil saya sangat tertarik pada gitar. Padahal, di rumah tidak ada yang punya dan tidak ada yang bisa memainkannya. Gitar pertama saya adalah gitar plastik mainan yang saya pasangi tali agar bisa dimainkan sambil berdiri. Foto saya bergitar, berkaca mata, dan bertopi sampai sekarang masih tersimpan di album foto keluarga. Di situ saya sangat mirip Eric Clapton cilik usia empat tahun.

Bapak saya, satu-satunya lelaki di rumah, bukanlah pemusik. Tapi, beliau penikmat musik lintas genre dengan koleksi kaset bertumpuk-tumpuk.

Koleksi beliau mulai Queen, Beatles, Deep Purple, The Who, Cream, Led Zeppelin, Scorpions, dan Michael Jackson. Ada pula kaset lawak Basiyo dan Warkop. Untuk pop dalam negeri, Bapak punya edisi lengkap kaset Koes Plus seri Nusantara, Chrisye, LCLR Prambors, Ebiet G. Ade dengan Seri Camelia, Iwan Fals, Hari Mukti, The Rollies, OST. Badai Pasti Berlalu dan lainnya.

Dari sudut dangdut ada Rhoma Irama, Elvy Sukaesih, Iis Dahlia, Meggy Z. Muchsin Alatas, Leo Waldy, dan Mansyur S. Ada pula murottal Muammar ZA, Maria Ulfa, kaset ceramah Zainuddin MZ, dan KH Qosim Nurseha. Tentu masih banyak kaset lain dan saya lupa apa saja.

Pokoknya, sebatas pengetahuan selama ini, Bapak saya ini paling luas referensi musiknya dibanding bapak-bapak lain yang saya kenal dan tahu. Maka, jangan heran jika kemudian beliau ini merangkap juga sebagai idola saya.

Suatu ketika, saat saya pulang ke rumah di masa liburan kuliah, daftar putar memainkan lagu Cintaku Tertinggal di Malaysia yang dinyanyikan Dewa 19. Bapak mendengar lalu berkata: "Lho iki 'kan lagu Barat lawas, Bapak ana kuwi kasete!" Beliau pun bergegas ke lemari dan mengambil sebuah kaset dan lalu menyetelnya.

Terdengarlah lagu Ruthless Queen milik Kayak. "Piye, Le? Bener to lagune kuwi?" begitu sahut Bapak. Benar saja, belakangan diketahui Ahmad Dhani membeli lagu tersebut dan diganti liriknya.

Kembali ke gitar. Saya pertama bisa berhasil memegangnya secara langsung saat bertandang ke rumah kakak sepupu di Semarang. Saya langsung terpikat, memegang, dan menggenjreng senarnya. Tentu tanpa chord.

***

SD saya memiliki inventaris sebuah gitar akustik yang jika sedang tidak digunakan Pak Nur Ahsan (guru paling lucu, sekaligus galak, dan pandai bermain musik), ia digantung di dinding kantor guru. Saat saya memasuki kantor karena diperintah mengambil sesuatu, hampir dipastikan tangan saya menggapai gitar untuk sekadar merasakan sensasi menggenjreng. Sekali lagi, tanpa chord.

Hidup terus berlanjut dan musik senantiasa menghiasi. Kaset-kaset Bapak terus disetel dan menambah khazanah perbendaharaan musik saya. Sekadar info, saat TK, saya sudah pandai menyetel sendiri album Dangerous milik Michael Jackson. Jika saja kaset itu mampu berbicara, pasti ia akan protes karena lagu Black or White saya ulang tiada lelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun