Mohon tunggu...
Ryan Martin
Ryan Martin Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Kedokteran Gigi

Berbagi Pengalaman, Perasaan, Pemikiran dan Kisah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalamanku Menjadi "Malin Kundang"

10 Januari 2021   09:26 Diperbarui: 10 Januari 2021   09:37 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dibuat secara pribadi oleh penulis, Ryan Martin

Hai, perkenalkan saya Ryan. Saya adalah anak pertama dari 2 bersaudara. Sebagai anak sulung, saya banyak dinasehati oleh kedua orang tua saya mengenai cara berprilaku, bertutur kata serta bersikap. Tidak jarang, saya dimarahi bila saya nakal dan membantah. Dan, keluarlah kalimat yang mungkin anda juga sering dengar, atau bahkan kalimat ini pernah ditujukan kepada anda. 

"Jika tidak menurut, nanti ibu kutuk jadi batu!"

Ya, saya yakin kalimat ini terinspirasi dari salah satu cerita rakyat di Indonesia, yakni cerita rakyat dari provinsi Sumatra Barat yang berjudul "Malin Kundang". Izinkan saya membagikan pengalaman serta pelajaran yang dapat saya petik dari cerita rakyat yang satu ini. 

Malin Kundang mengisahkan mengenai seorang pemuda desa yang pergi ke kota untuk menggapai kesuksesan. Ia memang berhasil sukses. Namun, kesuksesan ini menjadikannya lupa akan asalnya. Kesombongan menguasai hatinya. Dan ketika ia bertemu dengan ibunya, pemuda ini malu karena memiliki ibu dari desa. Ia pun tidak mengakui ibu kandungnya. Maka, melalui doa ibu, dikutuklah pemuda itu menjadi batu. Kurang lebih seperti itulah rangkuman kisah dari cerita rakyat "Malin Kundang" ini.

Sungguh, kisah yang menginspirasi para emak-emak untuk mengajarkan kepada anak-anaknya mengenai sopan santun dan menjadikan mereka penurut. Para emak-emak menjadi memiliki senjata pamungkas yang menurut saya pribadi, berhasil membuat saya takut dan menjadi anak yang baik. 

Saya ingat momen ketika pertama kali ibu saya  mengeluarkan senjata pamungkas itu. Saat itu adalah awal tahun, dan saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Seperti yang kita ketahui, awal tahun adalah saat dimana curah hujan sangatlah tinggi. Dan sebagai anak yang cukup nakal saat itu, saya sangat senang bermain hujan. 

Hari Minggu pagi, pukul 07.00 WIB. Ibu sedang menjemur pakaian di belakang rumah. Sedangkan saya sedang asik menggambar bersama adik saya saat itu, sembari menonton film kartun favorit kami, yaitu Doraemon. Setelah usai menjemur pakaian, ibu pun pergi ke dapur untuk memasak. 

Pukul 09.00, ibu sudah dapat mencium bau hujan. Ibu pun menginstruksikan saya untuk mengangkat jemuran terlebih dahulu. Namun, saya belum melihat air turun dari langit. Saya pun menghiraukan ibu saya, dan melanjutkan aktivitas saya. Waktu pun berlalu, dan benar saja, pada pukul 09.15, rintik hujan mulai terdengar. 

Saya masih bersantai di ruang tamu sembari menonton televisi. Ibu yang saat itu masih memasak dan menyadari hujan telah turun, bergegas menginstruksikan saya mengangkat baju dengan nada sopran G5. Saya yang kaget, sontak meloncat sembari membawa "teman seperjuangan" saya ke halaman belakang. 

Saya dan adik saya pun bergegas mengangkat jemuran. Namun, kecepatan kami, tidak secepat kecepatan sang Hujan menembakkan air. Akhirnya, kami pun basah kuyub bersama dengan baju yang tidak berhasil kami angkat. Alih-alih takut diomeli, kami malah asik bermain hujan. 

Ibu yang telah selesai memasak, melihat kami bermain hujan dengan baju jemurannya. Ya, kalian dapat membayangkan apa yang terjadi selanjutnya. Ibu pun naik pitam, dan menginstruksikan kami untuk masuk. Tidak hanya dihujani dengan air hujan, kami juga dihujani dengan nasihat dari ibu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun