Mohon tunggu...
Ryan Kurniawan
Ryan Kurniawan Mohon Tunggu... -

anak kuliahan. sedang belajar ilmu komunikasi di sebuah uni lumayan ternama di Jaksel.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Basuki dan Uang Laki-laki

28 Oktober 2016   10:53 Diperbarui: 28 Oktober 2016   11:17 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kakakku ngambek berat. Dua hari ini gak balas WA, telpon gak diangkat. Padahal saya mau ambil titipan oleh-oleh dari rumah. Minggu lalu ia memang baru pulang dari kampung.

Dugaan saya dia ngambek karena tulisan di WA saya. Saya sebenarnya mau minta komentar dan masukan. Karena lagi agak lowong di kos, kesempatan untuk browsing jadi agak banyak. Dan jadi punya waktu untuk baca-baca berita politik dengan lebih dalam.

Tulisan di WA itu hanya membahas soal uang laki-laki. Istilah populer tentang uang yang disimpan sendiri oleh suami tanpa diketahui oleh istri. Cuma memang saya sangkutkan sama Ahok alias Basuki. Dan dia marah besar...:)

Tulisan itu sebenarnya ringan saja. Dan tidak juga menghina Ahok yang merupakan idolalnya. Saya bagikan untuk minta tanggapan, apa yang salah dalam tulisan ini.

+++

Ibarat suami-istri, pemerintahan daerah juga seperti pernikahan. Semua harus terbuka, soal belanja dan pendapatan juga. Berapa suami terima uang, dibuka bersama dan untuk belanjanya juga disepakati bersama. Bahkan dalam pemerintahan, urusan uang ini tidak hanya dibuka antar suami-istri tetapi bahkan juga untuk semua alias publik. 

Bagaimana dengan Pak Basuki? Pak Basuki ternyata mengelola uang yang tidak dilaporkan ke sistem penganggaran kita. Istilah kerennya off-budget atau nonbudgeter. Di republik ini sudah terlalu banyak pejabat yang masuk penjara karena kasus dana non-budgeter ini. Silakan digoogle. 

Dalam bahasa pergaulan, istilah populernya adalah 'uang laki-laki'. Yaitu uang yang disisihkan suami tanpa sepengetahuan istri. Alias gak masuk dana APBD atau anggaran belanja keluarga.
Nah Pak Basuki punya istilah sendiri yang dia dengung-dengungkan. Dia pake istilah 'kontribusi tambahan'. Istilah 'kontribusi' saja sudah mencurigakan. Sama seperti 'sumbangan sukarela' atau 'donasi tak mengikat'. Dan ini ada kata sifat lain, yaitu 'tambahan'. Lebih mencurigakan lagi.

Kayak kita lagi parkir lalu sudah bayar retribusi parkir. Sang preman ngetok jendela lalu minta duit. Kita jawab, "Kan tadi sudah bayar parkir". Preman menjawab, "Ini tambahan, Bos."
Lalu berapa kontribusi tambahan atau uang laki-laki yang disisihkan Ahok? Menurut pengakuan Ariesman Widjaja, Presdir Agung Podomoro, di pengadilan anti korupsi dan di depan penyidik KPK, jumlahnya 1,5 Triliiun. Jelas? Satu setengah triliun rupiah. Itu baru dari Agung Podomoro, Bos.

Nah lalu dikemanakan saja uang itu? Cekrik, itu salah satu masalah uang laki-laki. Kita gak tahu dibelanjakan untuk apa. Bahkan kalau beli barang untuk kita di rumah pun kadang bikin sebel. Sudah punya sofa, suami beli sofa baru tanpa konsultasi. Katanya pake duit sendiri. Sudah kemahalan, warnanya norak lagi. Masalah lain kita gak tau yang lain dibelanjakan untuk apa aja tho, sisanya kemana, buat apa. Lebih sebel lagi kalau mbayangin dia beli sofanya sama sapa, sama sekretaris atau jangan-jangan yang lain lagi.

Belum lagi kita benar-benar gak tau sumber dananya legal atau enggak, halal atau enggak. Gak lucu kalau tiba-tiba suami ditangkap karena punya duit simpanan dari kas perusahaan. Atau ternyata utang dari teman. Atau malah duit suap beneran --ini kalau suaminya pejabat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun