Tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW 2019 di Bangka telah menjadi hari raya Maulid. Warga di sejumlah desa di kabupaten Bangka menggelar tradisi ini, Sabtu (9/11).
Warga yang berasal dari kota seperti Sungailiat yang tidak menggelar perayaan seperti halnya di desa-desa, sejak pagi sudah menuju desa untuk hadir. Kehadiran dalam perayaan tersebut karena ada undangan khusus dari teman maupun kerabat. Ada pula yang mudik karena berasal dari desa yang merayakan, jadilah mudik Maulid.
Perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW di Bangka tidak hanya kemeriahan layaknya lebaran, tapi menguatkan kembali untuk mengingatkan sosok nabi Muhammad SAW dan mengikuti ajaran serta teladan yang telah diikuti umat Muslim yang telah menjadi sunah Nabi.
Demikian pula dengan perayaan maulid kali ini. Warga desa yang memiliki rezeki berbagi (bersedekah) yang juga diajarkan nabi Muhammad SAW.Â
Warga yang hadir baik yang mampu maupun tidak mampu, baik yang miskin maupun yang kaya bersama-sama menikmati berbagai hidangan yang disediakan warga desa yang menggelar Maulid Nabi.Â
Selain itu paling penting yang diajarkan nabi Muhammad SAW yakni untuk tetap menjalin silaturahmi, terlihat dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Keberagaman terlihat warga membaur menjadi satu mereka yang non muslim juga menuju desa untuk menghadiri perayaan. Maulid telah menyatukan dalam kebersamaan warga di kabupaten Bangka.
Perayaan Maulid Nabi juga telah terjadi peningkatan transaksi perdagangan terutama untuk memenuhi kebutuhan perayaan Maulid khusus untuk memenuhi kebutuhan pangan. Semoga ini pertanda warga semakin sejahtera.
Dengan tidak lupa dalam ritualnya tetap mempertahankan antara tradisi dan spiritual kegamaan. Doa dipanjatkan untuk nabi Muhammad SAW serta untuk keselamatan seluruh warga. Hikmah Maulid juga disampaikan para penceramah baik yang berasal dari luar Bangka maupun penceramah lokal.Â
Usai doa dipanjatkan di masjid setempat dilanjutkan dengan makan bersama dalam adat Nganggung yakni sederetan dulang yang berisikan berbagai penganan dibawa dari satu rumah satu dulang, sehingga adat ini juga disebut dengan adat Sepintu Sedulang.