Mohon tunggu...
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Pernah bekerja di lembaga penyiaran, berdomisili di Sungailiat (Bangka Belitung)

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Meragukan Keikhlasan Ucapan Idul Fitri, Calon dalam Pilkada

18 Juni 2018   04:07 Diperbarui: 18 Juni 2018   06:00 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : merdeka.com

Kotaku saat ini dipenuhi spanduk dan baliho dengan berbagai ukuran, berisikan ucapan selamat Idul Fitri 1439 H serta mohon maaf lahir dan batin.

Baliho dan spanduk masih menjadi daya tarik dipergunakan organisasi pemerintah, organisasi massa, partai politik dan juga perorangan dalam momentum lebaran ini. Namun ada batas waktu spanduk dan baliho itu bertahan karena bakal ditertibkan. Setidaknya nanti ketika masuk masa tenang Pilkada, spanduk dan baliho bakal dibersihkan dari tempatnya. 

Ramadhan dan Idul Fitri yang bertabrakan dengan agenda politik yakni Pilkada dan menjelang Pemilu Legeslatif serta Pemilu Presiden, sulit untuk menemukan keikhlasan dari ucapan serta sadaqoh yang diberikan para calon.

Pemberian, baik berupa uang maupun barang pasti tujuan akhirnya dukungan terkait dengan pencalonan. Begitu pula ucapan selamat Idul Fitri, akan terkait dengan pengenalan diri sebagai calon dengan tujuan akhir agar dikenal dan dipilih. Jadi tidak ada lagi keikhlasan, setiap pemberiaan pasti ada maunya agar dipilih. Tidak lagi semua itu semata karena Allah. Khakul yakin, keihlasan itu sudah diabaikan.

Iklas adalah, ketika kita tidak lagi mencari sebuah pengakuan dan kesaksian serta legitimasi apapun atau siapapun setiap akitivitas dan amal perbuatan. Tidak ada lagi orang yang melihat, mengetahui, menyaksikan dan mengakui setiap aktivitas dan amal yang dilakukan, kecuali Allah SWT sebagai saksi tunggal segala  aktivitas ibadah dan amal yang telah dilakukan seseorang. " Dan cukuplah Allah sebagai saksi," ( Qs. Al Fath [48} : 28 ).

Saya masih meyakini keihklasan ucapan selamat Idul Fitri dari organisasi pemerintah serta organisasi massa yang tidak ada kaitannya dengan agenda politik, tapi benar - benar permohonan maaf itu yang keluar dari hati karena mengharapkan permohonan maaf yang sesungguhnya diantaranya merasa pelayanan yang diberikan masih kurang kepada masyarakat dan lain - lain. Menyoalkan keikhlasan ini penting, bagi yang telah menerima bingkisan dari para calon ketika lebaran. Bingkisan itu dapat berupa minuman, sembako, kain sarung dan lain - lain.

Sesuai dengan esensi sadaqoh yang dilakukan ketika Ramadhan lalu yakni bebagi kepada yang tidak mampu. Para tim sukses pasangan calon adabaiknya memberikan barang - barang dalam bingkisan lebaran, benar - benar kepada mereka yang tidak mampu. Bila satu kampung diberikan semua tanpa terkecuali, jelas indikasinya agar bisa dicoblos pada Pilkada nanti. Jadi sulit membedakan antara keiklasan bersadaqoh dengan money politik.

Tinggal sekarang masyarakat cerdas melihat, apakah pasangan calon nanti yang akan dipilih benar - benar karena kualitas diri yang dapat dilihat dalam visi dan misinya ataukah hanya dilihat karena kebaikan yang relatif itu yakni dari paket lebaran yang diberikan?

Jadi meragukan ucapan Idul Fitri para calon dalam Pilkada, beda - beda tipis antara sadaqoh dengan money politic.

Salam dari pulau Bangka.

Rustian Al Ansori

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun