Seorang pangeran muda tengah duduk bersila dengan khusuknya di pedalaman hutan belantara, di pesisir pantai utara laut jawa. Kedua matanya terpejam, tangannya bersedekap dan semua indranya terkunci bagi pengaruh-pengaruh dunia. Persetan dengan semua unsur ragawi, dan karena itu telah hampir sebulan sudah tubuhnya seakan menyatu dengan alam sekitar.
Rambutnya terurai dengan kumis dan jenggot memanjang bagaikan akar serabut serta dedaunan sekitar. Jangan tanya tentang kehidupan duniawi terhadap anak manusia semacam ini, baginya hanya satu, ialah mendekat kepada Sang Pencipta untuk suatu cita-cita leluhurnya.
Dia adalah sang putra fajar keraton Pajajaran yang tengah berjuang menjalankan amanah para sesepuh trah Erlangga. Dia adalah Raden Randu Kuning yang kini mesanggarah di antara liarnya hutan Srikandi, yaitu sebuah tlatah di sebelah barat pelabuhan Kambang Putih di pantai utara laut Jawa. Kini telah hampir setahun ksatria muda ini meninggalkan negerinya, melanglang buwana ke arah timur untuk sebuah cita-cita kakek neneknya. Dan Raden Randu Kuning memang seorang ksatria muda yang sangat ulet dan telaten dalam menjalankan tugasnya.
Tidak ada keterangan, apakah ksatria Pajajaran ini dalam melaksanakan amanah itu melalui darat atau laut, tetapi yang pasti sejarah telah mencatat bahwa Raden Randu Kuning menjadikan zona sekitar pelabuhan Kambang Putih sebagai sasaran utama. Mengapa harus ke Kambang putih, tidak langsung ke Kediri, pelabuhan Canggu, atau menembus  jantung kota Singosari ?
Berdambung