Mohon tunggu...
Rusman D Rumaen
Rusman D Rumaen Mohon Tunggu... Dosen - Manusia Biasa

Mudah Karena Biasa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat dan Sains

19 Mei 2022   14:51 Diperbarui: 19 Mei 2022   14:54 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rusman Dani Rumaen
Manusia Biasa

Sains dari masa ke masa terus mengalami perkembangan, bahkan mengalami perubahan yang sangat fundamental dari kondisi sebelumnya. Keadaan tersebut dikarenakan para saintis berpikir maju dan selalu berusaha memecahkan permasalahan sains yang dihadapi oleh masyarakat dengan melakukan berbagai penemuan. Banyak kemajuan sains didasari oleh perubahan pemikiran para saintis secara fundamental, yang melihat fenomena masyarakat saat itu memanfaatkan sains secara praktis.

Perubahan pemikiran tersebut Kuhn (1962) disebut sebagai paradigma (paradigm) keilmuan. Pergeseran paradigma menurut Kuhn (1962) ialah menggambarkan terjadinya pemikiran kreatif pikiran manusia dalam dimensi filsafat. Pergeseran paradigma merupakan letupan ide yang memicu lahirnya ide-ide yang lain, yang terjadi secara terus-menerus baik pada orang yang sama maupun orang yang berbeda. Reaksi berantai ini akhirnya menjadi kekuatan yang bisa merubah wajah dan tatanan dunia serta peradaban manusia ke arah suatu kemajuan.

Paradigma keilmuan erat kaitannya dengan sains normal, berarti riset yang didasari oleh satu atau lebih pencapaian ilmiah yang lalu, pencapaian yang oleh masyarakat ilmiah tertentu pada suatu ketika dinyatakan sebagai pemberi pondasi pada praktek selanjutnya. Kuhn (1962) di dalam bukunya mengemukakan  bahwa  sains  yang  normal  adalah  kegiatan  pemecahan  masalah  yang  sangat kumulatif, benar-benar berhasil dalam tujuannya, pengetahuan secara tetap ruang lingkup dan presisi pengetahuan sains.

Sains yang normal tidak ditujukan kepada kebaruan-kebaruan fakta atau teori, dan jika berhasil tidak menemukan hal tersebut. Akumulasi pengetahuan dalam sains normal mengokohkan paradigma yang didukung, sampai diperoleh fakta-fakta yang tidak berkesesuaian dengan teori-teori dominan yang diyakini banyak ilmuan, atau disebut anomali (Firman, 2016).

Berbagai fenomena (anomali) bisa dijumpai oleh para saintis selama menjalankan riset dalam sains normal. Jika anomali semakin banyak, maka akan timbul krisis dan paradigma mulai dipertanyakan. Terkadang penemuan baru diawali dengan kesadaran akan anomali, yakni pengakuan bahwa alam dengan suatu cara telah melanggar harapan yang didorong oleh paradigma yang menguasai sains normal. Kemudian berlanjut dengan eksplorasi yang sedikit banyak diperluas ke wilayah anomali dan hanya berakhir bila teori atau paradigma itu telah disesuaikan sehingga yang menyimpang menjadi sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga, dalam penemuan baru harus ada penyesuaian antara fakta dengan teori yang baru.

Keadaan tersebut selanjutnya diberinama revolusi sains, oleh Kuhn (1962) dikatakan sebagai episode perkembangan non-kumulatif, dimana paradigma lama diganti sebagian atau seluruhnya oleh paradigm baru yang bertentangan. Transformasi paradigma yang berurutan dari paradigma yang satu ke paradigma yang lainnya melalui revolusi, adalah pola perkembangan yang biasa dari sains yang telah matang.

Sains memiliki benang merah dengan terjadinya revolusi industri. Faktor yang melatarbelakangi terjadinya revolusi industri adalah terjadinya revolusi sains pada abad ke 17 dengan munculnya para ilmuwan dan pemikir seperti Francis Bacon, Ren Descartes, Galileo Galilei serta adanya pengembangan riset dan penelitian dengan pendirian lembaga riset seperti The Royal Improving Knowledge, The Royal Society of England, dan The French Academy of Science.

Revolusi sains yang mulai berkembang pesat diikuti juga dengan terjadinya revolusi industri pertama pada tahun 1784, yang ditandai dengan penemuan mesin uap. Revolusi industri kedua yang dimulai tahun 1870, ditemukan mesin-mesin yang menggunakan daya listrik untuk melangsungkan produksi masal. Revolusi industri ketiga yang terjadi sejak tahun 1969 atau dikatakan juga sebagai era digital, dikerenaakan penggunaan kekuatan elektronik dan teknologi informasi untuk otomatisasi proses produksi (Tjandrawinata, 2016).  Revolusi industri keempat ini kemajuannya bergerak sangat cepat, oleh karenanya dikatakan sebagai revolusi eksponensial, karena kecepatan perkembangannya berlipat- lipat dan sangat cepat. Kemudian revolusi indutri ke lima yang mana orang sdh menggunakan AI sebagai suatu kemajuan dan tidak tabu untuk digunakan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun