Mohon tunggu...
Rushans Novaly
Rushans Novaly Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan yang terus menata diri untuk lebih baik

Terus Belajar Memahami Kehidupan Sila berkunjung di @NovalyRushan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dicari Orang yang Mampu Mengubah Bangsa ini?

7 Februari 2014   06:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:05 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kemarin aku menulis di kompasiana dengan judul  'Anehnya  jalan di Tangerang 'dimana jalan yang dibangun dengan mulus dan nyaman namun karena ulah segelintir masyarakat dibuatkan 'polisi tidur' (speed bumbs) maka jalan tersebut kembali tidak nyaman dan nyaris mirip dengan jalan rusak sebelumnya. Sebentar sebentar kita menurunkan kecepatan dan mengerem lalu terjadi antrian. Kita pun harus merasakan kendaraan yang sedikit melompat karena 'polisi tidur' dibuat tanpa aturan dan semaunya saja. lalu teman kompasianer memberikan komen bahwa ulah pengendara juga yang tidak disiplin dengan aturan kecepatan sehingga memancing masyarakat atau warga membuat 'polisi tidur' tersebut.

Dari kasus diatas akhirnya kita temukan benang merah permasalahn tersebut, kosakata yang kita pilih adalah ketidakdisiplinan dan tidak patuhnya kita pada aturan. Kita cenderung meremehkan sekaligus melalaikan dan melanggar aturan yang berlaku. Perilaku meremehkan dan melanggar aturan sudah seperti penyakit kanker pada bangsa ini. Sudah pada stadium IV, sudah menyebar dan tak terkendali. Semua orang tak merasa berdosa dan tak merasa bersalah ketika melanggar aturan. Coba lihat pelanggaran aturan lalu lintas, terjadi di semua tempat dan disetiap waktu. Mulai dari pelanggran ringan hingga pelanggaran berat. Entah apa yang ada dibenak kita .

Masalah kedisiplinan , kita seperti diam ditempat tak banyak kemajuan berarti. Masih ingat ketika tahun 90-an ada Gerakan Disiplin Nasional (GDN) seingatku pak Wirantto menjadi ketua gerakan ini. Ada relawan yang memakai rompi GDN dengan warna mencolok dan di sebar ditempat keramaian yang mungkin terjadi ketidakdisiplinan. Dulu hukuman bagi pelanggar disiplin adalah push up dimuka umum. Sepintas gerakan tersebut berhasil membuat orang jera dan malu melanggar aturan. pada era itu orang tak lagi berani menyebrang jalan sembarangan atau buang sampah semaunya.

Kalau kita mau berkaca dan melihat bangsa lain, singapura misalnya. kita jauh tertinggal dibelakang. bangsa lain dimuka bumi ini sudah berubah , mindset mereka sudah berhasil dicuci dan perilaku mereka menunjukan jatidiri yang disiplin dan patuh pada aturan. Bangsa kita perlu merubah itu. perlu ada revolusi budaya seperti di China ? Atau perlu kembali membuat gerakan disiplin mirip tahun sembilan puluhan itu ?

Ada keresahan pada sebagian masyarakat bangsa ini. Kita resah dengan sikap dan perilaku sebagian besar masyarakat kita. Bila tak ada yang peduli bangsa ini akan semakin lambat menngejar ketertinggalan dari bangsa lain. Kita semakin terpuruk di dalam jurang ketidakdisiplinan. Maka tak ada jalan lain  kita harus merubah sikap masyarakat bangsa ini, menyatukan tekad bulat kita. Sekarang atau tidak selamanya.

Mulailah dari diri kita

Memulai kedisiplian dan taat pada aturan harus dimulai dari diri kita sendiri, alangkah naifnya kita bila berkoar koar kemana mana tentang disiplin dan patuh pada aturan tapi kita bersikap sebaliknya. Melanggar aturan dan tidak disiplin. Mulailah dari diri kita, sakarang juga. Mantapkan diri kita. Bulatkan tekad. Tantangan dan hambatan pasti sudah menunggu didepan. Mungkin celaan yang kita terima. Mungkin fitnah yang kita dapatkan. Karena memulai kebaikan akan selalu diiringi dengan cobaan dan tantangan.

Kedisiplinan dan patuh pada aturan adalah sikap tindakan yang berproses.  Perlu kesabaran dalam memulai  sikap kita ini. Tak semudah membalikkan tangan, perlu pembiasaan dan perlu waktu dalam mencapainya.

Dibutuhkan Contoh Keteladanan

Role Model sangat dibutuhkan pada tindakan disiplin dan patuh pada aturan. Contoh teladan itu ada pada guru, pimpinan , birokrat, politisi, penegak hukum, negarawan, orang tua hingga ketua suku, ketua organisasi, ketua lembaga  dan semua orang yang menjadi tokoh sentral pada lingkungannya. Keteladanan mutlak diperlukan dalam proses pendisiplinan dan taat pada aturan. Bisa dibayangkan bila orang yang sepatutnya memberi contoh, melakukan tindakan tidak disiplin, melanggar aturan atau malah menyarankan berbuat tidak disiplin dan tak perlu menaati peraturan. Masyarakat yang sakit salah satu indikasinya adalah tidak adanya keteladanan yang baik. Contoh yang dikembangkan keburukan dan pelanggaran.

Ketika melaksanakan kedisiplinan dan patuh pada aturan kita sesungguhnya sedang menjadi contoh keteladanan pada orang lain dan lingkungan kita. Maka sebaliknya pula bila kita melakukan yang berlawanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun