Mohon tunggu...
Roesda Leikawa
Roesda Leikawa Mohon Tunggu... Editor - Citizen Journalism, Editor, Penikmat Musik Instrumen dan Pecinta Pantai

"Menulis adalah terapi hati dan pikiran, Kopi adalah vitamin untuk berimajinasi dan Pantai adalah lumbung inspirasi" -Roesda Leikawa-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Sosok Widya Murad Ismail, Istri Gubernur Maluku

10 Januari 2021   01:50 Diperbarui: 10 Januari 2021   10:27 5988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk kalangan masyarakat Kota Ambon, nama Widya Pratiwi atau yang lebih akrab disebut Widya Murad Ismail sudah tidak asing lagi. Parasnya yang cantik, tinggi, dan berkulit putih itu, kerap kali terlihat mendampingi pria berbadan tegap, siapa lagi kalau bukan Gubernur Maluku, Irjen. Pol. Drs. Murad Ismail, S.H.

Pertama kali mengenal wajahnya, saat suaminya masih menjabat sebagai Kapolda Maluku tahun 2013--2015. Itu pun hanya melihat gambar yang ada pada baliho atau spanduk yang terpampang di depan jalan raya maupun ruang publik lainnya.

Jujur, waktu itu saya tidak begitu tertarik dengannya, namun rasa penasaran terhadap sosok Widya Pratiwi mulai timbul ketika saya membuat salah satu tulisan berjudul Makna Dibalik Baju Adat Tanimbar yang Dipakai Istri Gubernur Maluku. Tulisan itu saya muat di media online Lentera Maluku pada bulan Juli 2019 (baca tulisannya di Sini). Mungkin sampai saat ini Ia belum membaca artikel itu, namun dari situlah saya mulai tertarik untuk mengikuti aktivitasnya di media sosial. Alasan ketertarikan saya sangat sederhana, karena dia begitu antusias dan gencar memperkenalkan produk lokal karya anak daerah sampai ke luar negeri.

Widya MI saat menggunakan baju Adat Tanimbar
Widya MI saat menggunakan baju Adat Tanimbar
Rupanya semesta mengerti keinginan saya untuk mengenalnya lebih dekat. Di akhir tahun 2019 saya menerima telpon dari salah satu orang kepercayaanya, Aziz Tuny. Siang itu, Bang Aziz menelpon saya untuk menyampaikan undangan secara lisan.

Saya diundang untuk makan siang di kediaman pribadi Gubernur Maluku, bukan karena saya pernah menulis tentang dia, tapi karena pihaknya ingin bertukar pikiran dengan anak muda Ambon kreatif, yang miliki impian besar untuk memajukan Maluku secara bersama. Saya tidak sendiri, waktu itu ada beberapa anak muda lainnya yang diundang.

Pertemuan pertama dengan Widya Murad Ismail (dokpri 2019)
Pertemuan pertama dengan Widya Murad Ismail (dokpri 2019)
Pertemuan pertama dengan istri orang nomor satu di Maluku ini cukup berkesan, saya tidak melihat sosok Ibu pejabat yang harus menjaga image pada dirinya, melainkan sangat sederhana, dia bisa merangkul anak-anak muda dengan latar belakang yang berbeda tanpa batas.

Saat berdiskusi pun dia terlihat santai, mendengar satu persatu masukan dan unek-unek kami, tatapannya penuh kehangatan. Saya merasa sedang berhadapan dengan sosok ibu atau kakak  perempuan, dia terbuka dan senyumnya begitu tulus.

Ada yang menarik perhatian saya, ketika dia mengajak pindah ke meja makan, beberapa kali meminta kita untuk menghabiskan makanan tersebut, "ayo makan jangan malu-malu, makan aja", begitu ajakannya sambil memperkenalkan satu-persatu makanan yang sudah tersedia. Ini bukan perkara makanannya tapi cara dia mengajak berbeda dengan istri-istri pejabat yang pernah saya temui sebelumnya. Kami yang hadir di situ diperlakukan seperti keluarganya sendiri.

Keterbukaan seorang Widya Murad Ismail dalam berdiskusi, selain menjadi pendengar yang baik dia juga menanyakan pendapat dari kami. Sehingga diskusi kami menjadi hidup dan tidak satu arah.  Saya ingat betul pada pertemuan itu, di sela-sela obrolan santai bersama teman-teman lainnya, saya sempat singgung isu stunting di Maluku. Berhubung karena dirinya merupakan Duta Parenting, sehingga obrolan kami menjadi semakin nyambung,  spontang dia mengeluarkan kalimat seperti ini, "oh iya, bagus itu, kapan-kapan kita buat kegiatan bersama ya" ungkapnya.

Telinga saya tidak hanya mendengar, tapi mata saya melihat gestur yang benar-benar memancarkan kesungguhannya, untuk melakukan aksi sosial, khususnya bagi perkembangan kesehatan Ibu dan Anak di Maluku.  

Pertemuan pertama tidak saya biarkan berakhir begitu saja, karena kesempatan tidak datang dua kali, maka kesempatan berikutnya harus diciptakan. Mengingat saya bersama Wanita Penulis Indonesia (WPI) Ambon sedang membuat buku Antologi Esai berjudul "SIO INA", sebagai ketua WPI saya langsung menyampaikan padanya, dengan memohon kesediaannya untuk memberikan pengantar pada buku tersebut. Buku itu sudah diluncurkan pada bulan Desember 2019, tepat di momen hari Ibu dan hari  Kebangkitan Perempuan. Ibu Widya yang juga merupakan Ketua TP.PKK Provinsi Maluku, tentunya memberikan dukungan terhadap program WPI Ambon, dia dengan senang hati mau memberikan pengantar dalam buku perdana karya 30 Penulis Perempuan Maluku tersebut.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun