Catatan Rumondang Ernawati Sitohang
ASN Jabar Penulis
SMA Negeri 2 Sukatani
Menarik sekali  kalimat yang  diucapkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim. Dalam tayangan televisi yang saya tonton, beliau beserta jajarannya bertekad akan menghapus tiga dosa besar dunia pendidikan Indonesia. Menurut Pak Menteri tiga dosa besar itu adalah intoleransi, perundungan dan kekerasan seksual. Izinkan saya menambahkan dosa keempat yaitu kekerasan fisik maupun verbal.Â
Dosa besar dunia pendidikan sampai saat ini terjadi secara berulang. Yang terakhir adalah kasus kekerasan seksual di Jawa Barat yang melibatkan seorang oknum guru agama. Kasus ini tergolong luar biasa. Dari 12 siswa korban, beberapa  diantaranya sudah melahirkan. Total jumlah anak yang dilahirkan ada 8. Bahkan diantara korban, ada yang sudah melahirkan sampai 2 kali. Begitu informasi yang saya dapat melalui berita di TV.
Kasus lain, siswa yang diwajibkan memakai pakaian yang mengarah pada simbol agama tertentu. Dan sekolah yang menerapkannya adalah sekolah negeri. Yang tentu saja kita tahu anggaran sekolah tersebut bersumber dari keuangan negara.Â
Juga masih jelas dalam ingatan kita, siswa yang bunuh diri dengan cara melompat dari lantai atas gedung sekolahnya. Penyebabnya karena siswa tersebut sering mengalami perundungan. Jiwa labilnya sebagai seorang remaja, tak cukup kuat untuk menerima perundungan tersebut.Â
Kasus lain, seorang guru dicelakai oleh siswanya karena siswa tersebut tersinggung dan sakit hati saat ditegur dengan kata- kata kasar.
Saya tidak akan menguraikan satu persatu kejadian yang menyangkut dosa besar dunia pendidikan. Yang ingin saya soroti, kenapa dosa ini berulang dan seolah tiada habis? Resolusi apa yang akan kita lakukan di tahun 2022?
Sebagai seorang pendidik, saya mencoba menawarkan solusi. Patut kita ketahui, sedikitnya sudah 10 kali kita berganti kurikulum. Mulai dari kurikulum 1947 sampai yang terakhir kurikulum 2013 edisi revisi. Bahkan Januari 2022, pemerintah melalui kementerian terkait akan meluncurkan kurikulum prototipe. Kurikulum yang digadang-gadang sebagai alternatif pemulihan pendidikan pasca pandemi Covid. Dalam pengamatan saya, bukan sekadar kurikulum yang bagus, yang dapat menghapus dosa besar ini. Sebagus apapun kurikulum, jika dalam pelaksanaannya tidak sesuai, maka semua hanya sebatas retorika dan lip service semata.
Kembali lagi ke masalah awal. Kenapa dosa dunia pendidikan tak ada habisnya? Menurut saya, solusi untuk mengatasi semua ini adalah sebagai berikut: