Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Nature

Laut Kita: Ikan Apa yang Aman Dimakan? Apa yang Sebaiknya Dihindari?

10 Januari 2012   01:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:06 3048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1326120040590120793

[caption id="attachment_154861" align="aligncenter" width="357" caption="Lumba- lumba ( Dolphin ). Foto: animal-planet-pictures.blogspot.com"][/caption]

* bagian terakhir dari 10 rangkaian tulisan *

Sore yang hangat. KUTI duduk di depan sebuah komputer yang layarnya menampilkan sederet tulisan dan gambar beberapa ekor ikan. Dengan segera dia mengenali jenis ikan dalam gambar tersebut. Hiu, lumba- lumba dan kerapu. Ikan- ikan yang kini sudah punah. Duduk di samping Kuti adalah Dhanapati, putra sulung Pradipta. Dee, Kiran dan Pradipta berdiri di belakang mereka. Dhanapati, menunjuk artikel yang tampak di layar komputer tersebut dan berkata pada Kuti, “ Kakek, ternyata lebih dari tiga puluh tahun yang lalu sudah ada tulisan mengenai kelestarian laut di masa depan, lihat ini ! “ Kuti mengangguk. Artikel yang ditunjukkan Dhanapati merupakan artikel lama yang telah berusia puluhan tahun lamanya. Artikel yang ditulis ketika ikan- ikan yang gambarnya terpampang di layar komputer di hadapannya belum lagi punah. Tampak sekilas terbaca oleh Kuti beberapa kalimat tentang beberapa jenis ikan, lobster dan udang yang pada saat itu banyak dikonsumsi oleh manusia. " Kakek dulu pernah membaca tulisan tentang ikan- ikan ini? " tanya Dhanapati. Kuti tersenyum dan mengangguk. Di belakang mereka, Dee dan Pradipta juga memperhatikan layar komputer yang terpampang di depan mereka, sementara sang gadis cilik Kiran lebih tertarik untuk memperhatikan warna warni plester di sikutnya daripada gambar ikan di komputer. " Jadi, kakek tahu ikan- ikan apa saja yang boleh dimakan dan sebaiknya dihindari? " tanya Dhanapati lagi. Kuti mengangguk kembali. Dhanapati memutar kepalanya dan memandang Dee serta Pradipta, " Nenek dan Papa juga tahu, ya? Berarti Nenek dulu tidak pernah memasak ikan- ikan yang sebaiknya dihindari untuk dimakan ini di rumah? Papa pernah makan ikan hiu nggak, Pa, dulu? " Kuti, Dee dan Pradipta sejenak bertukar pandang. Pertanyaan Dhanapati membuat ingatan mereka berputar mundur, menembus waktu ke sebuah masa yang jauh. Ke percakapan pada suatu senja di tepi pantai...

***

Debur ombak menyapa bibir pantai. Percik air serupa kristal memercik ke udara. Dee, Kuti dan si kecil Pradipta menatap ombak yang berkejaran di depan mereka. Tampak beberapa perahu nelayan mulai bergerak melaju ke tengah laut. Sebagian yang lain masih berada di tepi pantai, mempersiapkan jaring- jaring serta perahu mereka. Mereka memperhatikan ombak, perahu serta kepiting- kepiting kecil yang berkeliaran di atas pasir. Sementara itu si kembar Nareswara dan Nareswari, masing- masing satu dalam gendongan Dee dan Kuti terus bergerak senang sambil mengoceh dalam bahasa bayi. Selang beberapa saat, Kuti berkata pada istri dan anaknya, " Makan ikan bakar, yuk... " Mereka kemudian berjalan menuju ke sebuah restoran yang menghidangkan beragam hidangan laut. " Kita makan bawal dan cumi bakar ya, mau? " Kuti menawarkan pada Dee dan Pradipta yang dengan segera mengangguk. Bawal dan cumi adalah jenis hidangan laut kegemaran mereka. Dan ketika mereka menunggu pesanan makanan mereka dimasak itulah, Kuti bercerita pada Dee dan Pradipta tentang perlunya ada upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kesehatan ekosistem laut. Kuti bercerita bahwa seringkali tanpa sadar manusia turut berperan dalam rusaknya lingkungan serta terhambatnya perkembangan populasi jenis ikan tertentu. Kuti menceritakan bahwa lobster, ikan hiu dan kerapu membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk tumbuh dan menjadi dewasa. Bahwa lobster dan kerapu pada umumnya ditangkap dengan cara menyemprotkan racun. Racun tersebut juga membunuh terumbu karang dan satwa laut lainnya. " Hanya sedikit bayi lobster yang mampu bertahan hidup dan menjadi dewasa di alam, " kata Kuti, " Padahal saat ini masih sedikit teknologi yang mampu mengembangbiakkan lobster secara budidaya. " Kuti juga menceritakan pada Dee dan Pradipta bahwa pada saat ini bayi ikan hiu semakin jarang ditemukan karena adanya penangkapan ikan hiu dewasa secara besar-besaran, penangkapan yang berlebihan atau over-fishing, sehingga hiu tidak mampu memperbaiki populasinya. Dee dan Pradipta mengerenyit ngeri ketika Kuti menceritakan bagaimana sirip ikan hiu diambil dari ikan hiu, dan bukan kejadian jarang bahwa hiu yang telah diambil siripnya tersebut dibuang kembali ke laut. " Penangkapan hiu menggunakan jaring, " kata Kuti, " Sering juga turut membuat burung dan satwa laut lainnya menjadi korban. Walau tujuan utamanya menangkap hiu, tapi seringkali juga lumba-lumba, penyu, burung dan satwa laut lainnya turut terjaring..." Masih banyak lagi yang diceritakan Kuti ketika itu. Termasuk cara penangkapan ikan yang salah yang kemudian merusak terumbu karang, peternakan udang yang menyebabkan rusaknya hutan bakau, dan sebagainya. " Dan karena itulah Dee, " Kuti menyentuh tangan istrinya lembut, " Aku menyarankan padamu untuk mempertimbangkan kembali niatan untuk memasak daging ikan hiu. Ada banyak jenis makanan laut lain yang dapat kita pilih tanpa merusak lingkungan atau mengancam populasi ikan. " " Mungkin tampaknya tindakan kita tak berarti, karena toh di luar sana masih banyak orang mengkonsumsinya. Tapi, percayalah, jika kebiasaan untuk hanya memilih jenis ikan yang aman untuk dikonsumsi dilakukan oleh setiap keluarga, maka dampaknya akan besar. Dan dengan demikian... " Kuti tersenyum, pandangnya melembut. Lalu terdengar suaranya, " Mudah- mudahan dengan begitu, sekian puluh tahun ke depan kelak, cucu- cucu kita akan dapat menyaksikan ikan hiu, lumba- lumba, penyu dan jenis makhluk hidup laut lain secara nyata, dan bukan hanya dapat melihat gambarnya saja karena makhluk- makhluk tersebut telah punah... " Sementara mereka mengobrol itu, hidangan yang mereka pesan telah matang. Dee menatap suaminya ketika bawal dan cumi bakar yang sangat harum dan mengundang selera diletakkan di depan mereka. Kuti tersenyum. Dia mengerti arti tatapan Dee. " Bawal dan cumi termasuk ke dalam daftar hidangan laut yang aman untuk dikonsumsi, Dee, " kata Kuti, " Makanlah. " Kuti lalu menoleh pada Pradipta dan berkata, " Ayo Dipta, makan yang banyak ya? " Pradipta tertawa. Dia mengangguk. Bertiga Kuti, Dee dan Pradipta menikmati kebersamaan mereka di petang hari tersebut, ditingkahi semilir angin laut serta suara debur ombak yang mengalirkan rasa teduh dan damai ke relung hati... p.s : Referensi untuk posting ini diperoleh dari website WWF Indonesia. Kategori hidangan laut yang aman dikonsumsi, contohnya : Teri, ikan Barakuda, tongkol, bawal, cakalang, tenggiri, dan cumi-cumi. Yang sebaiknya  dikurangi konsumsinya: gurita, telur ikan, kepiting, ikan baronang, kakap, kerapu, udang, dan pari, sementara yang sebaiknya dihindari adalah lobster, penyu, telur penyu, hiu, ikan tuna sirip biru, dan ikan tuna sirip kuning. Daftar selengkapnya dapat diperoleh di sini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun