Waktu itu, di sebuah kampus islam IIN, baru saja melakukan pergantian pejabat kampus. Seiring dengan terpilihnya kembali rektor lama (incumben) untuk melanjutkan tangan besinya. Senior FMII mendapat tempat yang lumayan nyaman bahkan beberapa senior lainnya memiliki kedekatan khusus dengan sang rektor, terkadang sampai membawakan tasnya. Tapi, senior UKPX juga demikian, mendapat tempat nyaman disamping rektor.Â
Kedua belah pihak, sama-sama kuat, singkat cerita terjadilah perdebatan antara kader FMII dan UKPX karena akan ada perekrutan dosen di kampus islam tersebut.Â
Kader FMII: "Sudahlah bro, tidak perlu mendaftar jadi dosen teman-teman mu itu, percuma," ujarnya dengan nada agak songong.Â
Kader UKPX: Eits, tunggu dulu, sekarang kita sama-sama kuat, saya juga punya senior, senior mu boleh saja dekat, sampai menjadi babunya rektor, membawakan tasnya segala, hih, cuih.Â
Kader FMII: Itu cuman akting bro, setelah semua tertata, ya ndak mungkin lah kita seperti itu, ngapain...Â
Kader UKPX: Hah.... akting kok merendahkan harkat dan martabat boss, itu bukan akting tapi memang.... Auk ah, gelap.Â
Kader FMII: Ya, lihat saja lah nanti, siapa yang akan tertawa....Â
Tak lama kemudian, pengumunan perekrutan dosen pun muncul di wibsite kampus, info perekrutan dosen dengan cepat menyebar lewat pesan singkat WhatsApp, ketiga organisasi tersebut sama-sama mengirim kadernya untuk turut serta.Â
Setelah melalui proses tes segala macam, pengumuman pun terpampang dengan jelas di website, kali ini kader UKPX dan Framuka layak membusungkan dada.Â
Suatu ketika, ketiganya bertemu di warung kopi, bullying pun tidak bisa dihindari.Â
Kader UKPX: Hei, menurut kamu menjadi babu tidak dibayar itu enak ndak sih ?Â