Kemeriahan pada Hari Kemerdekaan Indonesia ke 77 tahun diciptakan oleh Rumah Tahanan Negara (Rutan) Masohi dengan mengadakan berbagai perlombaan bagi petugas, Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan anak-anak dari petugas, Rabu (16/8).
Setelah pelaksanaan upacara bendera dan penyerahan Remisi kepada WBP, berbagai perlombaan-perlombaan sederhana seperti, makan kerupuk, balap karung, sepak terong, makan biskuit, estafet tepung, balap sarung, dan tarik tambang diikuti oleh WBP. Setelah tidak terlaksana selama dua tahun, perlombaan khas 17 Agustus dikembalikan untuk menciptakan kemeriahan pada hari kemerdekaan seperti sedia kala.
"Untuk lebih memaknai arti kemerdekaan yang sesungguhnya adalah memiliki "jiwa pantang menyerah" dalam hal positif pada keberlangsungan hidup. jiwa pantang menyerah dalam perlombaan dan pertandingan adalah salah satu contoh kecil dan nyata dari rentang kehidupan yang sebenarnya," ujar Kepala Rutan Masohi, Bayu Muhammad
Selain itu, Karutan menambahkan makna kemerdekaan adalah berani mencoba dan bukan hanya menjadi penonton yang hanya mengkoreksi pada hal apapun. Berani mencoba adalah berturut serta dalam hal positif apapun untuk kita lakukan dalam kehidupan. "Selanjutnya makna merdeka lainnya adalah merdeka dalam bertoleransi sesama manusia, yaitu mau bergotong royong saling dukung tanpa melihat SARA. Maksudnya adalah toleransi dalam hal ini yaitu toleransi tidak hanya kepada SARA yang sama pada diri kita," tambah Bayu.
Perlombaan ditandingkan tersendiri bagi WBP, baik secara individu maupun berkelompok antar kamar hunian. Anak-anak dari petugas pun semarak mengikuti perlombaan makan kerupuk dan balap karung antar anak laki-laki dan perempuan berjalan dengan dukungan dari para orang tua.
"Tidak boleh ada yang curang. Setiap hari kalian bermain bersama, jangan sampai hubungan renggang karena perlombaan ini," pesan Karutan kepada anak-anak dari petugas.
Pada perlombaan terakhir, tarik tambang ditandingkan bagi para tahanan pendamping (tamping), tamping asimilasi kerja luar, tamping asimilasi kerja dalam, tamping asimilasi blok hunian, dan tamping asimilasi dapur. Sedangkan pertandingan antar petugas hanya antara regu penjagaan melawan staff.
"Pada tarik tambang ini, keluarkan kekuatan tersendiri yang kalian miliki. Setiap hari tamping asimilasi kerja luar memegang mesin potong rumput, dapur mengangkat beras dan galon, begitupun dengan kerja dalam dan blok hunian yang memiliki kekuatannya tersendiri. Jaga sportifitas dan berhati-hati karena ini di ubin bukan di lapangan," pesan Karutan.
Tarik tambang bagi WBP dimenangkan oleh asimilasi tamping tamping dalam, sedangkan bagi petugas dimenangkan oleh regu penjagaan. Hadiah-hadiah dari seluruh perlombaan yang terlaksana akan dibagikan pada syukuran Hari Dharma Karya Dhika (HDKD), Jumat (19/8) esok hari.
"Terima kasih atas antusias yang ditunjukan pada perlombaan 17 Agustus. Semoga dengan ini, kebersamaan kita lebih erat lagi," tutur Bayu.