Di sebuah ruang rapat yang megah dan penuh suasana serius, para petinggi sebuah organisasi sepak bola sedang berkumpul. Seorang pria dengan jas hitam dan kepala plontos duduk di ujung meja.
Dia adalah Bapak Pencetus Ide Besar, yang baru saja melontarkan gagasan luar biasa soal cara menyelamatkan tim nasional dari keterpurukan.Â
"Apa masalah utama kita? Mentalitas pemain, kurang skill? Salah besar. Masalah kita ada di genetik!", tanyanya dengan nada penuh percaya diri. Â
Ruang rapat langsung sunyi. Beberapa orang terlihat mencoba mencerna maksud ucapan tersebut, sementara yang lain sibuk mencatat, entah karena setuju atau takut dipecat.Â
"Kita butuh pejantan unggul," lanjutnya sambil memukul meja untuk menegaskan maksudnya.
"Lihat tim nasional kita! Naturalisasi pemain muda saja tidak cukup. Kita harus mencari pemain asing yang bagus dan sudah pensiun, lalu dinaturalisasi dan dijodohkan dengan perempuan lokal. Bayangkan generasi berikutnya! Anak-anak mereka pasti jadi pemain sepak bola kelas dunia!"Â
Seorang peserta rapat yang duduk di pojok ruangan mencoba angkat bicara.
"Maaf, Pak. Jadi maksudnya, kita seperti memilih pejantan unggul untuk ternak sapi?"Â
"Tepat sekali! Kita harus realistis. Dalam dunia peternakan, memilih pejantan unggul itu sudah lazim. Kenapa tidak kita terapkan pada sepak bola?" Bapak Pencetus Ide Besar tersenyum lebar. Â
Semua orang terdiam. Di benak mereka terbayang sebuah katalog pemain naturalisasi yang disusun seperti katalog sapi pejantan. Ada nama, usia, tinggi badan, berat badan, statistik permainan, dan tentu saja potensi genetik.Â