Mohon tunggu...
Rully Moenandir
Rully Moenandir Mohon Tunggu... Administrasi - TV and Movie Worker

Seorang ayah dari 4 anak yang bekerja di bidang industri televisi dan film, serta suka sekali berbagi ilmu dan pengalaman di ruang-ruang khusus sebagai dosen maupun pembicara publik. Baru buat blog baru juga di rullymoenandir.blogspot.com, setelah tahun 2009 blog lamanya hilang entah kemana.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Getek, Transportasi Baru Ibu Kota?

26 Juni 2019   20:48 Diperbarui: 29 Juni 2019   04:37 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Entah gimana ceritanya, malam itu saya mimpi naik getek untuk memotong jalan. Dan ajaibnya lagi, beberapa hari setelahnya, adik saya yang tinggal di Malaysia-pun membuat status medsos-nya mengenai getek; What a coincident, huh?

===

Getek yang menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) merupakan rakit, atau padanan lainnya yang berarti sifat buruk dari seorang perempuan ini, merupakan alat transportasi harian saya sejak SMA sampai kuliah. 

Maklum saja, sejak SMA saya dari rumah lebih sering menggunakan Bemo (baca disini) menuju Grogol, lalu menyeberang kali Grogol untuk menuju Terminal Bis; yang saat itu jarak lokasi pangkalan bemo dan terminal kondisinya cukup jauh bila berjalan kaki, sedangkan dengan getek menjadi lebih dekat, karena memotong aliran sungai/kali langsung menuju pinggir terminal Grogol, yang kemudian tinggal naik bis dan membawa saya ke sekolah di bilangan Slipi Jakarta.

Saat itu, sekitar tahun 1990-an kali Grogol jauh lebih lebar dari kondisi sekarang; kayaknya hampir 2x lipat lah. Namun dengan pinggiran kali yang belum terbeton dengan baik, sehingga jika hujan lebat sering terjadi arus air deras serta pendangkalan akibat longsornya tanah dari dinding kali ataupun sampah yang menggunung, sehingga justru membuat getek tadi meliburkan pelayanannya.

Foto Dokpri
Foto Dokpri
Mendekati tahun 1996-1997, pemda DKI saat itu merapikan kali Grogol karena akan membuat jalan layang non-tol (Proyek ini sempat menelan 3 korban, karena Jalan Layang seberat 600 ton ini sempat ambruk karena tiang penyangga dilepas terlalu cepat sebelum waktunya (Kompas 23/03/1996; Konstruksi - April 1996:24)).

Kondisi kali yang menyempit, serta tidak memungkinkan karena masih banyaknya sampah dialiran kali (sungai) menyulitkan getek untuk bergerak normal. selain itu, bemo yang biasanya menurunkan penumpang hanya di Pangkalan, mulai menurunkan penumpang di perempatan Grogol, sehingga penumpang tidak lagi perlu berjalan jauh menuju Terminal Bis dan secara tidak langsung juga mulai tidak melewati lokasi getek yang biasa digunakan untuk memotong jalan.

Tidak lama setelah merebaknya gelombang Reformasi, hilang sudah alat transportasi sungai khas DKI ini. Saya masih ingat betul, dahulu ketika masih SMA saya membayar 100 rupiah sekali menyebrang, dan sampai menghilangnya getek saya membayar 500 rupiah per trip.

===

Foto Dokpri
Foto Dokpri
Kembali entah bagaimana prosesnya, tepat 1 minggu setelah mimpi tadi...Saya mendapati lokasi yang tidak jauh dari tempat tinggal kami justru di sungai (kali)nya getek masih beroperasi secara rutin. 

Memang lokasi tadi agak ditengah, ke kiri dan kanannya agak jauh untuk menemui jembatan, sehingga penduduk yang tinggal di seberang yang merupakan wilayah perumahan (tempat kami juga tinggal) akan dimudahkan untuk mencapai lokasi yang ramai dengan jajanan makanan di seberang yang merupakan lokasi pabrik dan bisnis, sehingga banyak sekali pedagang berbagai jenis makanan terutama di sore sampai malam hari.

Jujur saja, saya pribadi tidak menangkap fenomena ini selama kami tinggal; kami justru selalu mencari jajanan ke wilayah Jelambar yang letaknya didalam bukan seberang. Tapi kala itu, saya justru dituntun untuk melihat-lihat ke pinggir kali, yang sejak jaman Gubernur Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama kali wilayah kami ditinggikan, dikeruk, dan dibeton, yang berefek besar sekali untuk wilayah tempat tinggal kami karena banjir yang biasa terjadi bisa jauh berkurang.

Kembali ke getek...
Akhirnya saya memanfaatkan kesempatan ini untuk kembali bernostalgia, kali ini dengan mengajak seluruh keluarga kecil saya. Yah...hitung-hitung memperkenalkan alat transportasi "baru" yang dulu sempat dekat dengan ayah mereka.

Dan... gak nyangka, anak-anak sangat antusias naik getek. Walau harus menaiki tangga curam untuk mencapai bibir kali dan juga tangga turun yang juga curam menuju getek, pengalaman pertama mereka menaiki perahu yang "hanya" mengantarkan mereka ke seberang kali dengan menarik tali kawat baja ini membuat mereka sumringah. Kali yang beberapa tahun terakhir ini sudah bersih, serta pemandangan aliran sungai yang kebetulan lurus membuat perjalanan singkat ini juga menyenangkan bagi saya dan istri.

Foto Dokpri
Foto Dokpri
Bermodal 10ribu rupiah untuk kami ber-6, sampailah kami diseberang, yang merupakan lokasi jajanan yang cukup lengkap. Lebih kurang 1 jam kami habiskan untuk berkuliner ria dan kembali ke seberang dengan menggunakan getek.

Alhamdulillah, anak-anak senang dan bahkan ikut membantu memegang dan menarik kawat baja tadi bersama sang "kapten" getek. Alhasil, mereka meminta kembali untuk naik moda transportasi air satu ini jika ingin kembali jalan jajan sore, dibanding ke lokasi dalam tempat kami biasa jalan jajan sore seperti biasa.

Foto Dokpri
Foto Dokpri
===

Sambil berjalan pulang, jadi keingetan, dahulu jaman Gubernur DKI Sutiyoso pernah mencanangkan program Transportasi Air Jakarta yang disebut "WATERWAY" (baca di sini), mengingat Jakarta yang banyak dilalui sungai/kali. 

Program yang selalu gagal ketika masa ujicoba ini dikarenakan lambung kapal yang terlalu cembung sehingga sering kandas karena kali yang dangkal dan tidak stabil ketinggian airnya, baling-baling mesin yang selalu tersangkut sampah, serta banyaknya kabel dan pipa yang melintas membelah sungai/kali tadi, menjadi catatan yang sayangnya tidak ditanggapi dengan serius kala itu.

Foto Dokpri
Foto Dokpri
Kini, rasanya setelah program Jokowi-Ahok berhasil dalam menata sungai/kali menjadi bersih dan bebas pendangkalan, ditambah penataan lintasan pipa atas sungai, dll; mimpi untuk menjadikan sungai/kali di Jakarta menjadi moda transportasi air yang aktif layaknya di Venice atau negara lain bisa diwujudkan. 

Pembenahan ketinggian jembatan, model kapal, atau bahkan di beberapa lokasi yang bisa dijadikan sebagai objek wisata khusus seperti kali pasar baru, dan kali wilayah kota tua yang juga sudah dibenahi oleh Gubernur DKI Basuki saat itu, bisa menjadi andalan dan menambah deretan target wisata lainnya di ibukota.

Maka getek, kapal transportasi rutin, perahu wisata, bukan tidak mungkin kedepan akan menjadi transportasi Baru Ibukota Jakarta...gimana nih pak Anies Baswedan ? Pemprov DKI ? Boleh kan idenya ?

Semoga...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun