Pemain muda Borussia Dortmund, Jadon Sancho sangat menyayangkan insiden rasialisme yang terus saja terjadi di dunia sepakbola. Pemain berusia 19 tahun itu khawatir jika tindak rasialis tak dihentikan, maka cinta untuk olahraga bola sepak bakal luntur.
Pernyataan Sancho itu muncul setelah rasialis yang teranyar menimpa Romelu Lukaku. Lukaku yang baru main di Inter Milan musim ini disoraki suara monyet oleh para suporter tuan rumah. Bermain di Sardegna Arena, Senin (1/9/2019) pekan ke 2 Serie A, Inter Milan menang 2-1 atas Cagliari.
Saat penyerang Timnas Belgia itu hendak mengambil eksekusi tendangan penalti di menit ke 72, lukaku diejek para suporter Cagliari dengan teriakan-teriakan suara monyet.
Tindakan rasialis oleh Cagliari terhadap pemain bukan pertama kalinya terjadi. Sebelumnya, Moise Kean, penyerang muda Juventus juga sempat dilecehkan. Gelandang asal Perancis, Blaise Matuidi juga pernah menjadi korban. Cagliari juga pernah rasialis kepada pemain Inter Milan asal Kamerun, Samuel Eto'o. Juga kepada Sulley Muntari.
Romelu Lukaku dibeli dari Manchester United memecahkan rekor transfer termahal sepanjang sejarah La Beneamata. Lukaku dihargai 65 juta euro.
Lukaku menggantikan posisi Mauro Icardi.
Kabar teranyar, Mauro Icardi kini bermain di Paris Saint-Germain.
Namun penampilan Lukaku memang sesuai dengan mahalnya. Dalam dua laga awal di La Liga, Lukaku mencetak salah satu gol dari kemenangan 4-0 Inter dari Lecce. Laga kedua, dia juga menyumbang satu gol.
Apabila di Manchester United penampilan Lukaku kurang memenuhi ekspektasi, kali ini di klub anyarnya ia merasa optimis dengan kariernya. Manchester United sendiri mendatangkan Lukaku dari Everton bernilai mahal, 75 juta poundsterling..
Tapi karena kondisi yang tidak nyambung serta pergantian manajer Setan Merah, Lukaku gagal optimal.
Kini Inter Milan di tangan Antonio Conte dinilai Lukaku sebagai klub yang tepat untuk masa depannya. Lukaku merasa yakin bakal membuat Manchester United menyesal sudah mengabaikannya.
"Saya selalu matang bersiap jelang laga. Saya sadar tugas saya adalah mencetak gol," kata Lukaku. Lukaku sempat merinding memulai debutnya di laga perdana melawan Lecce. "Seluruh keluarga saya hadir menyaksikan saat itu," katanya.
Lukaku menyebut La Beneamata sebagai tempat yang spesial, semenjak dia hadir di kota mode dia merasakan atmosfer yang yang sangat spesial. "Saya rasa kami dapat meraih hal yang besar di musim ini. Kami harus teruskan kerja keras, jalan kami masih panjang, kami harus fokus mencapai hasil yang terbaik," ujarnya.
Kendati dia dileceh, akan tetapi pemain berusia 26 tahun tersebut dapat melaksanakan tugasnya sebagai algojo penalti dengan sempurna.
Lukaku angkat bicara mengenai tindakan rasis. Sepakbola harusnya permainan yang harus dinikmati bersama, banyak pemain menderita serangan rasial, "Saya juga, seharusnya kami tidak menerima diskriminasi yang membuat malu ini," tulis Lukaku di Instagram.
Lukaku juga berharap seluruh dunia mengecam keras semua kasus diskriminasi.
"Platform media sosial harus dibenahi agar tidak ada lagi komentar yang bersifat rasis, kami sudah imbau ini bertahun-tahun tapi tidak ada tanggapan" ujarnya.
Tercatat dalam sebulan terakhir, dua pemain mendapat serangan rasis di media sosial (Facebook, Twitter, Instagram). Mereka adalah striker muda Chelsea, Tammy Abraham dan Gelandang The Reds Devils, Paul Pogba.
Marcus Rashford juga sami mawon, rasialis.
Kembali ke Jadon Sancho. Pemain muda ini menegaskan, jika tindak rasial tidak dihentikan, maka rasa cinta mereka terhadap sepakbola bisa hilang. "Ini harus dihentikan. Sulit untuk melihat kondisi ini. Mengapa kita harus bermain sepakbola?," ujar pemain Die Borussen yang tengah bersinar.