Karena itu, psikolog ini mengajak kita untuk mendorong anak terlibat dalam diskusi yang baik. Jangan takut anak akan dianggap "tidak sopan" atau "tidak baik" karena mengemukakan pendapatnya. Berpikir kritis tetap sangat mungkin dilakukan dengan gaya penyampaian yang tetap mengedepankan nilai-nilai kesantunan.
"Arahkanlah anak-anak pada debat yang menuju pemecahan masalah. Bukan sekadar memotong dan menghentikan anak, lalu menghakiminya sebagai tidak sopan, tanpa arahan yang membuat mereka paham apa yang sebaiknya dilakukan," tegas Nadya.
Ingatlah, memiliki sikap kritis penting bagi anak, karena kemampuan tersebut akan bermanfaat menjadi filter untuk menyaring informasi dan membawa perubahan positif menuju hal yang lebih baik, efektif, dan potensial.
Anak yang kritis juga akan mampu berpikir kreatif dan solutif. Artinya, ia mampu melihat alternatif solusi dari berbagai sudut pandang berbeda. Untuk itu, arahkanlah anak-anak untuk menganalisis, menyimpulkan, menghubungkan, mengumpulkan informasi, mengkritik, menciptakan, dan mengevaluasi.
"Komitmen dan motivasi orangtua dan pendidik untuk tidak mudah lelah meladeni dan menjaga rasa ingin tahu anak menjadi salah satu kunci utama dalam mengarahkan anak-anak untuk berpikir kritis," pungkas Nadya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI