Mohon tunggu...
Rudy Wiryadi
Rudy Wiryadi Mohon Tunggu... Akuntan - Apapun yang terjadi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Mulai hari dengan bersemangat

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Saat Persidangan Kasus Kopi Sianida Ditayangkan Bak Sinetron di Stasiun TV Nasional

3 September 2021   10:05 Diperbarui: 3 September 2021   10:16 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jessica Kumala Wongso (news.detik.com)


Drama kasus kopi sianida yang terjadi lebih dari 5 tahun lalu dikritik banyak kalangan karena kasus itu ditayangkan layaknya sinetron yang tayang berulang-ulang di layar kaca televisi.

Beberapa saat setelah tewasnya Wayan Mirna Salihin pada 6 Januari 2016 lalu karena diduga akibat minum kopi yang mengandung racun sianida, pemberitaan kasus itu meledak.

Baik di media cetak, media online, maupun di layar kaca televisi. Saking banyaknya siaran televisi yang menayangkan berita terkait kasus yang diduga pembunuhan itu, sampai-sampai penayangan itu disebutkan sebagai "drama tiga babak".

Babak pertama adalah kronologi tewasnya Wayan Mirna Salihin usai minum es kopi Vietnam yang ternyata mengandung sianida di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta.

Babak kedua adalah kecurigaan dan mencari tahu siapakah dalang atau yang merencanakan pembunuhan itu. Sampai akhirnya menemukan teman Mirna sendiri, yaitu Jessica Kumala Wongso, yang terduga pembunuhan dengan direncanakan.

Sedangkan babak ketiga adalah detail dari jalannya persidangan untuk mencari bukti kebenaran Jessica Kumala Wongso menaburkan bubuk sianida ke dalam cangkir kopi yang akan diminum Mirna.

Dari gambaran di atas, drama tiga babak, sampai-sampai KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) memberikan peringatan kepada 3 stasiun televisi yaitu KompasTV, Inews TV, dan tvOne.

Ketiga stasiun TV itu bahkan secara berlebihan menyiarkan kesaksian dari keluarga korban di persidangan.

Wisnu Prasetya Utomo, seorang pengamat dari Pusat Studi Media dan Komunikasi Remotivi melontarkan kritiknya, kenapa hal yang tidak bersangkutan langsung dengan kasus pembunuhan justru malah disiarkan besar-besaran.

"Misalnya ada stasiun TV yang malah menyiarkan pendapat dari tetangga-tetangga Jessica. Hal tersebut hanya diulang-ulang dan didramatisir," kata Wisnu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun