Mohon tunggu...
rudymaxon
rudymaxon Mohon Tunggu... Editor - MAHASISWA

Hallo semua, terima kasih sudah berkunjung di profile saya.

Selanjutnya

Tutup

Bola

Sejarah Persib dengan Prestasinya

16 April 2021   12:30 Diperbarui: 16 April 2021   13:22 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sepak bola, sebagai salah satu olahraga terpopuler di dunia, menyuguhkan pertandingan yang menghibur dan bahkan menumbuhkan euforia bagi para pendukungnya, terlebih para pendukung fanatik. Lebih dari itu, sepak bola juga memberikan ruang bagi para pendukung untuk mendefinisikan siapa dirinya. Sepak bola dan identitas sudah lama menjadi bahan kajian di tingkat global. Sebagai sebuah olahraga yang dilahirkan di Inggris dan berkembang ke Eropa daratan, berbagai kajian sepak bola hampir selalu dilekatkan dengan identitas dari masyarakat Eropa. Beberapa organisasi sepak bola sudah mulai bermunculan pada zaman Hindia Belanda sekitar tahun 1930-an, seperti Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB) (Bandung), Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB) (Surabaya), Vorstendlandsche Voetbal Bond (VVB) (Solo), dan Hizboel Wathon (Yogyakarta) yang memiliki andil dalam pembentukan Indonesische Voetbal Bond (IVB) atau kini lebih dikenal dengan Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) (Hanifan & Herfiyana, 2014).

Pada tahun 1930-an hingga awal tahun 1990-an, berbagai organisasi sepak bola aktif bertanding antarperserikatan, seperti Persatuan Sepak Bola Indonesia Bandung (Persib), Persatuan Sepak Bola Surabaya (Persebaya), dan Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta (Persija). Selain perserikatan, Indonesia pada tahun 1970-an hingga 1990-an juga menyelenggarakan Liga Sepak Bola Utama (Ligatama) yang merupakan liga sepak bola semiprofesional pertama dengan melibatkan berbagai klub, seperti Arema Malang, Pupuk Kaltim Bontang, dan Pelita Jaya Bandung. Pada tahun 1994, barulah PSSI melebur perserikatan dan ligatama menjadi Liga Indonesia. Seiring dengan Liga Indonesia yang merupakan kompetisi profesional, barulah para pendukung sepak bola melembagakan dukungannya, seperti Bobotoh, Aremania, The Jakmania, dan juga Bonek yang berturut-turut merupakan pendukung Persib, Arema, Persija, dan Persebaya.Bobotoh Persib tampaknya merupakan salah satu pendukung tim sepak bola terbesar di Indonesia. Selain Bobotoh Persib, komunitas pendukung sepak bola yang juga cukup besar dan hampir selalu memenuhi stadion. Sepak bola memiliki peran yang kuat dalam reproduksi identitas kultural maupun politik. Bale (dalam Shobe, 2008) yang memulai eksplorasi hubungan antara sepak bola, stadion, dan identitas menegaskan bahwa olahraga dalam bentuk modern, khususnya sepak bola, menyediakan apa yang disebut dengan identifikasi kolektif di Inggris modern dan di banyak belahan dunia lain.Keberadaan klub pendukung menjadi kekuatan utama dari perkembangan sebuah tim sepak bola.

Klub pendukung bahkan dapat diibaratkan sebagai urat nadi dari sebuah tim sepak bola. Seperti dikemukakan oleh McFarland (2007), penciptaan klub pendukung menjadi syarat mutlak bagi transformasi sepak bola menjadi aktivitas massa, terlebih sebagai sebuah olahraga yang identik dengan kelas pekerja. Tanpa pembentukan klub pendukung, sebuah tim sepak bola mustahil dapat menarik massa ke lapangan dan bahkan meminta mereka untuk mengeluarkan uang hanya untuk menikmati pertandingan tanpa adanya kemungkinan bermain sendiri. Keidentikan Bobotoh dengan sepak bola tampaknya tidak bisa dilepaskan dari sejarah pendirian Persib. Dua argumen setidaknya mendasari hal tersebut. Pertama, sepak bola menjadi olahraga rakyat yang paling populer di Indonesia, termasuk Jawa Barat dengan Bandung sebagai pusatnya. Berbeda dengan kemunculan sepak bola di negara-negara Barat yang awalnya didominasi oleh kelas elit, sepak bola menjadi olahraga yang hampir selalu dimainkan oleh rakyat Indonesia, baik kelas elit maupun kelas pekerja di perdesaan maupun perkotaan. Sepak bola bahkan menjadi salah satu “alat perjuangan” rakyat Indonesia secara umum untuk melawan dominasi pemerintah kolonial Belanda, termasuk dalam prestasi sepak bolanya. Dalam konteks Bandung, atau bahkan Jawa Barat secara lebih luas, kata Bobotoh pun lebih dilekatkan pada sepak bola alih-alih olahraga lain karena popularitasnya yang sangat tinggi di hati masyarakat.

Kedua, Persib merupakan klub sepak bola yang paling merasuk di benak masyarakat Bandung. Dipelopori oleh Bandoengsche IndonesischeVoetbal Bond (BIVB) yang dalam perkembangannya semakin meredup, di Bandung pun muncul dua perkumpulan sepak bola, yaitu Persatuan Sepak Bola Indonesia Bandung (PSIB) dan National Voetball Bond (NVB). Kedua perkumpulan tersebut kemudian melebur menjadi Persatuan Sepak Bola Indonesia Bandung (Persib) pada 14 Maret 1933 dengan Anwar St. Pamoentjak sebagai ketua pertamanya (Kristanto, 2016). Dari berbagai sumber di lapangan, diketahui bahwa Anwar merupakan keturunan Minang dan membangun Persib bersama tokoh-tokoh sunda yang ada di Bandung.Pada awal pembentukannya, Persib sempat diremehkan dan dianggap perkumpulan kelas dua di bawah Voetbal Bond Bandung & Omstreken (VBBO) bentukan Belanda (Kristanto, 2016). Namun, Persib berhasil merebut hati warga dan mengukuhkan posisinya sebagai satu-satunya perkumpulan sepak bola di Bandung ketika klub-klub yang dimotori Belanda, seperti Uitspanning na Inspanning (UNI) dan Sport in de Openlucht is Gezond (SIDOLIG), bergabung dengan Persib dan bahkan menyerahkan lapangannya, yaitu lapanan UNI, lapangan SIDOLIG (kini Stadion Persib), dan lapangan SPARTA (kini Stadion Siliwangi) pada tahun 1937 (Kristanto, 2016). Perjalanan Tim Pangeran Biru sebagai salah satu bond nasional di Bandung penuh rintangan.

Persib pernah dikucilkan dan diremehkan oleh bond bikinan Belanda di Bandung, VBBO (Voetbal Bond Bandoeng & Omstraken). Urusan lapangan pun menjadi masalah besar karena semua lapangan yang ada di kota Bandung dikuasai oleh pemerintahan Belanda.Persib yang lahir di tahun 1933 beruntung memiliki tokoh-tokoh nasionalis yang peduli kepada perserikatan tersebut. Sebelumnya pernah ada bond nasional lainnya, BIVB (Bandoeng Inlandische Voetbal Bond) yang mewakili kota Bandung, tetapi dalam perjalananya nama mereka hilang tertelan sejarah.Jadilah Tim Maung Bandung sebagai bond nasionalis satu-satunya yang datang ke kompetisi PSSI dari kota Bandung. Cibiran dari VBBO pun tak membuat Persib melemah, bahkan mereka berhasil membungkam VBBO dengan membawa pulang gelar juara tahun 1937 dari ‘wonderteam’ saat itu, Persis Solo.Seiring berjalannya waktu, VBBO pun membubarkan diri. Persib yang bermain di Lapangan Cilentah, Lapangan Ciroyom dan juga Tegallega menyambut gembira dengan pembubaran bond bikinan penjajah Belanda tersebut. Beberapa klub anggota VBBO pun berbondong-bondong masuk ke Persib, seperti UNI dan Sidolig. Bahkan Persib ketiban untung dengan mendapatkan lapangan eks VBBO, seperti Lapangan UNI (sekarang alun-alun kota Bandung), Lapangan Sidolig dan juga Lapangan Sparta (Stadion Siliwangi).

Jadilah Persib memiliki lapangan untuk membina timnya. Tak hanya lapangan legendaris di pinggiran kota Bandung seperti Cilentah, Ciroyom dan Tegallega, akan tetapi Persib semakin identik sebagai ikon sepak bola Bandung dengan hijrah ke lapangan tengah kota Bandung. Aloon-Aloon Bandoeng atau Lapangan UNI yang dulu lebih identik dengan orang-orang Belanda pun berubah dengan lautan pribumi yang ingin melihat Persib singgah bermain di lapangan yang kini menjadi taman kota di Bandung.Meski demikian, setelah Persib kembali merebut kota Bandung dari VBBO dan menjelma menjadi klub besar di Indonesia, nasib Sidolig saat ini bisa dibilang miris. Stadion warisan Belanda dari Mr. Frans Sidolig itu dirasa kurang terawat rumputnya.Saat penulis berkunjung ke stadion yang berdiri dari tahun 1903 itu, kondisi rumput yang buruk diikuti kontur lapangan yang sangat keras. Hal itulah yang membuat Persib jarang menggunakan lapangan tersebut untuk berlatih.Mengenai Sidolig, ada cerita yang belum banyak diketahui. Sidolig yang merupakan singkatan dari ‘Sport in de Openlucht is Gezond’ atau yang diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘Olahraga di udara terbuka adalah sehat’ merupakan klub anggota internal Persib Bandung yang kini bernaung di Pengcab PSSI Kota Jawa Barat.Nasib Sidolig zaman Belanda dan zaman setelah kemerdekaan sangat jauh berbeda. Jika di masa VBBO, Sidolig menjadi klub tangguh bersama UNI dan Sparta, kini Sidolig menjadi klub yang tak memiliki ‘rumah’. Demi kelancaran Persib berlatih di Stadion Sidolig, SSB dan klub Sidolig pun harus angkat kaki dari lapangan yang bertahun-tahun menjadi rumah mereka.

Selepas Frans Sidolig pergi ke Belanda usai kemerdekaan, lapangannya pun diserahkan dan dikelola oleh Kolonel Udara Kapto. Sidolig mempercayakan lapangan tersebut dikelola oleh orang Indonesia agar bisa digunakan untuk kepentingan sepak bola dan olahraga untuk warga Bandung.Persib di era 1950-an pun pernah merasakan stadion ini saat berhadapan dengan kesebelasan Nan Hua dari Cina Selatan tahun 1953. Stadion Sidolig pun entah bagaimana berubah nama menjadi Stadion Persib, dan menjadi mes para pemain Persib.Namun, saat Dada Rosada menjadi Wali Kota Bandung ada kesepakatan dengan manajer tim Sidolig, Ali Angga untuk mengalih kepemilikan Lapangan Sidolig kepada Pemerintah Kota Bandung yang nantinya akan menjadi tempat latihan sepenuhnya Persib. Setelah kesepakatan tersebut terjadi, stadion yang kini dikelola oleh Pemerintah Kota Bandung pun resmi menjadi pemerintah kota dan bukan lagi SSB Sidolig.Meski Persib di masa lalu sangat identik dengan Stadion Siliwangi, dan kini dengan Stadion Si Jalak Harupat-nya, namun Sidolig adalah simbol kemenangan dan kembalinya Persib ke pusat kota Bandung. Perjuangan Anwar Pamuntjak dan Otto Iskandardinata dalam mengembalikan martabat sepak bola pribumi di Bandung lewat Persib pun telah tercapai. Dan kini, setelah sempat vakum prestasi hampir 20 tahun, Persib menemukan lagi kejayaannya di masa kini.Satu masa yang takkan kembali, dan Persib membuktikan ada sejarah panjang untuk meraih kebanggan yang sekarang benar-benar melekat di hati para pecinta sepak bola Bandung. Dan Sidolig hadir di dalamnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun