Mohon tunggu...
Rudy Gani
Rudy Gani Mohon Tunggu... -

Merupakan seorang pemuda yang berdedikasi pada isu kemasyarakatan, sosial, politik, ekonomi dan budaya.\r\n\r\nAktif di HMI sebagai anggota dan sempat diberi amanah sebagai Ketua Umum Badko HMI 2010-2012.\r\n\r\nkini, sehari-hari menjadi jurnalis dan freelance di media Online dan beberapa koran cetak baik lokal dan nasional\r\n\r\ndapat dihubungi melalui email: pemudatebet@gmail.com / rudygani@berkata.co.id or follow @Rudygani

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Jokowi-Prabowo, Ibarat Kurawa dan Pandawa

18 Maret 2014   22:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:47 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dalam kisah epik Mahabharata, perang kurusetra digambarkan dengan begitu detail dan panjang. Perang yang terjadi antara Pandawa serta Kurawa itu telah menjadi tempat kedua belah pihak saling membunuh dan menemui ajal di medan perang tersebut.

Bhisma, salah satu tokoh yang dikagumi kedua belah pihak (pandawa dan kurawa) tewas dalam perang yang memakan ratusan ribu prajurit kedua belah pihak.

Yang menarik dari kisah Perang Kurusetra tentu saja makna perang tersebut. Setelah Pandawa diusir dari kerajaan akibat kalah "main dadu" dengan Kurawa, Pandawa dihukum dengan cara diusir dari kerajaan selama 12 tahun dan 1 tahun sisanya menjalani penyamaran tanpa diketahui masyarakat.

Pandawa, yang terdiri dari Arjuna, Bima, yudhistira, Nakula dan Sadewa-- merasa terhina dengan pengusiran tersebut. Namun, karena jiwa ksatria yang dimiliki pandawa, mereka rela dibuang jauh ke hutan oleh Kurawa.

Setelah 13 tahun berlalu, Pandawa merasa ada yang kurang. Selama 12 tahun menjalani pembuangan, Pandawa bertekad mengambil alih kekuasaan yang merupakan haknya sebagai keturunan Bharata. Kurawa, yang saat itu sedang berkuasa, merasa iri dengan kelebihan yang dimiliki Pandawa. Karena itu, Kurawa sekuat tenaga menyingkirkan Pandawa karena tahu jika dibiarkan Pandawa bergerak leluasa, kekuasaan yang saat ini dimiliki oleh Ayahnya (Dursasetra)-- raja Buta yang tidak bijaksana-- akan segera diambil alih para Pandawa.

Disusunlah rencana untuk menyingkirkan Pandawa dari kekuasaan. Kurawa dibantu Sengkuni, berhasil membuat sebuah permainan. Mereka tahu salah satu Pandawa gemar bermain dadu. Namun, keahlian dadu yang dimilikinya, tidak begitu baik. Sengkuni, orang yang menelurkan ide itu lalu menantang Pandawa. Sengkuni berdiri di pihak Kurawa (Duryudana). Setelah permainan itu berjalan, semua harta, tahta dan istri Pandawa dijadikan pertaruhan yang diadu dimeja permainan itu.

Pertarungan dadu itu disaksikan kedua belah pihak. Keluarga kerajaan dan masyarakat. Namun, nasib sial selalu berpihak pada Pandawa. Setelah harta yang dimiliki  habis dipertaruhkan, Sengkuni, yang pandai bermain dadu meminta mereka (pandawa) mempertaruhkan harta yang tak terhingga, yaitu Drupadi.

Sebagai seorang ksatria tentu tidak menolak tantangan itu. Namun, lagi-lagi keberuntungan tidak memihak. Pandawa dikalahkan Sengkuni. itu Berarti Drupadi jatuh ketangan Kurawa. Tidak terima dengan kenyataan itu. Pandawa menantang lagi Sengkuni. Kali ini, Pandawa mempertaruhkan kekuasaan yang dimilikinya. Sengkuni yang mewakili Kurawa tidak gentar. Ia merasa yakin dengan mudah kalahkan Pandawa.

Permainan pun digelar kembali. Sengkuni masih beruntung. Pandawa kalah. Akhirnya, mereka tidak memiliki harta apapun, termasuk Drupadi, istri Pandawa yang telah dipertaruhkan di meja perjudiaan. Tak hanya itu, Pandawa harus menjalani tapa di hutan selama 12 tahun serta 1 tahun untuk melakukan penyamaran. Pasca kekalahan Pandawa, mereka diperlakukan sebagai budak oleh Kurawa. Perbuatan ini membuat mereka dendam, hingga kemudian Bima, salah satu Pandawa, bersumpah kelak membunuh Dursasana dan meminum darah dari tubuhnya.

Cuplikan sejarah dari sepenggal kisah Mahabharata tentu relevan dengan kondisi perpolitikan nasional Indonesia menjelang Pileg April nanti. Bagaimana tidak, masing-masing partai dan tokohnya saling berebut simpatik dan suara masyarakat.

Tidak terkecuali Jokowi, Capres yang telah diberikan mandat oleh Partainya, PDIP, jumat, minggu lalu, maju sebagai Capres dari PDIP. Jokowi resmi menjadi Capres dari partai pimpinan Megawati. Sayangnya, pencapresan Jokowi menuai berbagai kritikan, terutama dari Partai Gerindra, partai yang pernah menjadi "partner" politik dari PDIP pada Pilpres 2009 lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun