Saya pernah membaca sebuah artikel menarik. Artikel itu mengemukakan seorang ahli budaya dari sebuah negara di Eropa yang mengatakan bahwa Indonesia adalah laboratorium budaya terbesar di dunia. Negara kita punya beragam etnis, bahaya lokal, kepercayaan global dan lokal sampai pada warna kulit yang berbeda.
Alasan ahli itu adalah tidak semua negara punya keragaman budaya. Kadang satu negara hanya punya satu atau dua suku saja. Bahkan dua suku ini dengan warna kulit yang sama, tapi mereka tidak pernah akur dan saling bermusuhan. Ada juga negara yang punya banyak suku bangsa, tapi memilih jalan sendiri-sendiri alias memecah diri dari negara induk. Ini kita bisa melihat Uni Sovyet yang kini terpecah menjadi Rusia, Ukraina, Belarusia, dll. Bahkan pecahan bangsa itu yaitu RUsia dan Ukraina kini terlibat dalam satu perang yang pelik.
Berbeda dengan Indonesia yang punya banyak ragam tapi mampu melanggengkan kesatuan bangsa. Keragaman ini tentu saja menarik karena tidak saja ada sejak Indonesia terbentuk, tapi jauh sebelum itu dimana kerajaan Majapahit yang menguasai Nusantara berdiri. Kala itu pengaruh Budha dan Hindu serta animism amat dominan. Nuansanya terbawa sampai saat ini, dimana kita punya enam agama yang resmi diakui pemerintah, juga aliran kepercayaan di ada di banyak tempat di Indonesia.
Ketika harus menghadapi penjajah yang menindas kita di masa lalu, dilawan meski masih secara sporadic. Kondisi ini berproses sehingga kita punya keinginan untuk merdeka lepas dari penjajah dan kian menguatkan proses dialogis untuk mewujudkan kemerdekaan. Karena diyakini bahwa hanya dengan kemerdekaan, kita bisa menjadi bangsa dan pribadi yang berdaulat atas diri sendiri dan masa depan kita sendiri.
Karena itu saat menjelang prolamasi maupun saat penjajah ingin kembali menjajah negara ini, pendahulu kita berjuang mati-matian. Tidak mengenal suku bangsa, baik dari Madura, Makassar, Tionghoa, Jawa, bali dll. Semua bersatu padu mengusir penjajah.
Beraneka masa dan kesulitan sudah kita lampaui. Kebersamaan sebagai satu bangsa juga seharusnya kita pertahankan dan kita teguhkan bersama. Berbekal nilai-nilai persatuan itu seharusnya kita bisa selalu menghargai perbedaan dan bukan menonjolkan perbedaan itu, seperti yang kita lihat beberapa tahun ini, dimana satu kelompok merasa tinggi dibanding kelompok lainnya. Jika itu dibiarkan , mungkin nasib kita seperti Uni Sovyet.
Dengan menghargai perbedaan, kita akan bangga sebagai bangsa besar dan dengan kebesaran hati terhadap keberagaman.