Mohon tunggu...
Rudi Darma
Rudi Darma Mohon Tunggu... Administrasi - pemuda senang berkarya

pemuda yang menjadi dirinya di kampung halaman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kota Nyaman Karena Kita Toleran

10 Januari 2020   19:33 Diperbarui: 10 Januari 2020   19:36 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa  ahli tata kota pernah mengungkapkan bahwa memang banyak sekali persoalan yang menyangkut kota. Apalagi jika kota itu dituntut untuk menjadi kota layak huni karena banyak aspek yang harus dipikirkan. Tak banyak kota yang bisa mencapai kota layak huni. Ada yang dulu layak sekarang tak lagi layak karena tata kelola yang amburadul dan suasana nya intoleran. Ada kota yang dulu bukan kota yang penting alias kota yang sering tidak diangap, kini menjadi kota yang nyaman, berbasis HAM dan sangat toleran.

Menurut data Kementrian Agraria pada tahun 2019,  kota-kota yang dianggap nyaman adalah Solo, Palembang, Balikpapan, Denpasar, Tangerang Selatan, Semarang , dan Banjarmasin. Sedangkan kota yang dianggap tidak nyaman pertama adalah Pontianak, Depok, Mataram,Tangerang, Banda Aceh, Pekanbaru , Samarinda, Lampung, Medan dan Makassar.

Kenyamanan atau ketidaknyamanan itu berdasarkan pada beberapa criteria antara lain aspek pangan, tempat ibadah, air bersih, pendidikan dan kesehatan. Aspek lainnya adalah toleransi.  Sehingga berdasarkan criteria-kriteria itu bisa dikatakan bahwa tidak semua ota besar adalah kota nyaman. Depok umpamanya. Kota yang sangat dekat dengan ibukota Jakarta dan dianggap sebagai kota penunjang ibukota dirasakan sebagai kota yang tidak nyaman alias ruwet.

Keberagaman yang ada di kota tersebut tidak serta merta membuat mereka toleran dan menghargai perbedaan. Dalam beberapa kasus, keberagaman di sana malah membuat banyak hal mengalami jalan buntu. Semisal perumahan yang hanya khusus untuk warga muslim saja dan bersifat eksklusif. Perumahan yang dijual secara terang-terangan ini memang hanya menghendaki para pembeli dari agama tertentu saja. Biasanya dibangun secara terbatas dengan lingkungan eksklusif.

Sebagai warga sebenarnya kita juga tugas as a human untuk bersikap toleran atau paham terhadap perbedaan yang selalu menyertai Indonesia. Dengan bersikap toleran kita bisa mneghargai pihak lain dengan lebih baik. Sikap toleran ini harus menjadi ruh dan sikap anggota masyarakat kepada anggota masyarakat lainnya.

Dengan begitu diharapkan kita bijak untuk bersikap dan berbuat di masing-masing kota tempat tinggal masing-masing. Dengan saling menjaga dan berbuat baik, maka kota kita bisa berkatagori kota nyaman seperti lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun