Mohon tunggu...
Rudi Darma
Rudi Darma Mohon Tunggu... Administrasi - pemuda senang berkarya

pemuda yang menjadi dirinya di kampung halaman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Terjebak pada Semangat Membenci

7 Desember 2018   08:35 Diperbarui: 7 Desember 2018   09:11 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hampir setahun ini jika kita rajin melihat salah satu talkshow di televisi, akan menemukan salah satunya dengan rating tinggi. Talkshow itu kerap menampilkan sejumlah narasumber yang punya cukup nama bak bintang. Salah satunya adalah seorang filsuf.

Kehadiran filsuf ini amat dinanti oleh pemirsa. Itu terlihat di sosial media terutama twitter. Jika filsuf itu dalam promosinya dikatakan akan tampill, mereka gembira. Empat jempol. Tapi jika filsuf itu tidak ada mereka akan bilang No Filsuf , no Party.

Filsuf itu sering menggunakan kata dungu dalam pilihan kata untuk menjatuhkan lawan. Kata dungu itu sangat popular dan diikuti ratusan ribu orang bahkan jutaan dan tercermin di media sosial.

Sebaliknya ada juga beberapa narasumber lain yang mirip tapi tak punya kata-kata khas. Dia hanya sering melontarkan kata-kata tajam yang menada membenci dan tidak simpatik. Tujuannya sama yaitu menjatuhkan orang. Tidak hanya satu kubu saja yang punya pasukan penyebar benci itu. Tapi kedua kubu.

Sebaiknya kita sebagai penikmat media harus lebih kritis dalam melihat. Filsuf belum tentu benar. Orang awam akan kesulitan menandinginya. Begitu juga politisi, akademisi , agamawan yang sering berfikir secara satu dimensi taka akan bisa mengalahkannya.

Kelebihan filsuf adalah sangat paham cara berfikir orang. Juga kelebihan dan kekurangannya. Berikut juga membongkarnya. Selalu bisa memberi argument di setiap posisi yang berbeda-beda. Jika pihak A mengajak berdebat , maka akan mengajukan argument argument B. Jika B menyanggahnya, dia akan mengajukan argument argument A. Begitu taktiknya.

Apalagi itu talkshow. Memikat banyak orang. Ratingnya selalu tinggi. Setiap orang yang melihatnya dan punya kesamaan cara berfikir dengan seorang narasumber akan merasa gembira jika pihaknya bisa 'menerkam' pihak lain. Dengan berbagai cara; ujaran kebencian, hoax dan lain sebagainya. Begitu juga sebaliknya.  Sebuah diskusi yang formatnya hanya show dan tidak dituntut untuk member solusi. 'Just a show.'

Karena itu kita harus senantiasa peka melihat tujuan dari argument-argumen itu. Jangan kita terus melihat narasumber lain yang kerap hanya memberikan lontaran kasar dan memberi aura kebencian kepada pihak lain. Pihak manapun itu.

Sebaliknya kita harus memberikan pemahaman dan argumentasi untuk kebaikan bersama. Melalui dunia maya. Dengan damai dan semangat persatuan. Kita dibangun dengan perbedaan yang sedemikian banyak. Jangan hanya karena pesta lima tahunan kita terjebak pada arus saling membenci sesama yang mungkin berbeda argument dengan kita.

Jangan terjebak pada perangkap tujuan politik yang pendek. Bangsa kita masih berumur 73 tahun. Merupakan satu bangsa yang masih muda jika dibandingkan bangsa dunia yang sudah berumur ratusan tahun . apalagi jika dibandingkan kerajaan di nusantara seperti Mojopahit misalnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun