Mohon tunggu...
Rudi Nofindra
Rudi Nofindra Mohon Tunggu... -

Saya Berminat penelitian (Research) Pendidikan, Media & Kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teknologi, Pendidikan dan Permasalahanya

6 Februari 2011   04:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:51 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebagai upaya mewujudkan cita-cita pendidikan nasional, diperlukan adanya suatu sistem dan strategi kebudayaan Indonesia yang secara komprehensif mendukung upaya pelestarian dan pengembangan kebudayaan Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui strategi pembelajaran dengan pemanfaatan teknologi sebagai media dalam pengajaran. Salah pemicunya adalah dengan memasuki abad ke- 21 dimana gelombang globalisasi sangat dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi serta perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri melainkan berada di antara dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.

Dalam alam Indonesia yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan di dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Walaupun pada beberapa potong bagian selalu ditayangkan dimedia masa bahwa Indonesia selalu mendapat medali emas, tetapi dalam perhitungan secara keseluruhan dalam angka-angka statistik bahkan setelah di ranking kita cukup jauh dibandingkan dengan negara-negara lain didunia.

Karena selaku masyarakat biasa kita selalu melihat persoalan pada tingkat terbawah dan itu adalah kondisi dengan kenyataaan yang mencoloknya perbedaan antara pelajar didesa bila dibandingkan dengan daerah perkotaan yang mendapatkan fasilitas serta informasi lebih cepat, maka akan nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.

Ada banyak penyabab mengapa mutu pendidikan di Indonesia, baik pendidikan formal maupun informal, dinilai rendah. Penyebab rendahnya mutu pendidikan yang akan kami paparkan kali ini adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standarisasi pengajaran.

Teknologi Dalam Pendidikan Dan Efektifitasnya

Pendidikan yang efektif adalah suatu proses pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.

Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelm kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika kita menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa tujuan kita.

Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dinaggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunya kelebihan di bidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.

Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai kelebihan di bidang sosial dan dipaksa mangikuti program studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia.

Hal ini tentu saja tidak sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini adalah tugas  dan sekaligus tantangan untuk semua unsur pelaksana pendidikan khususnya guru untuk senantiasa mengembangkan diri dalam mencari cara atau metode penyampaian bahan ajar yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan interaktif, sehingga tujuan dari pembelajaran yang sudah ditetapkan dan dijabarkan dalam rencana pelaksanaaan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Anatara Profesionalitas Pendidik & Peserta Didik

Pada bagian inimelihat sebuah persoalanmenyangkut dengan peran pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran dan pengembangan diri, adalah sebuah bagian yang penting dibicarakan pada tingkat guru ini, karena sebagaimana yang sudah dibicarakan dalam banyak referensi bahwa tujuan pembelajaran akan tercapai jika siswa dapat termotivasi untuk mengembangkan dirinya dan berperan aktif.

Keberadaan cabang ilmu teknologi pendidikan yang memiliki salah satu titik fokus kepada media pembelajaran dan kurikulum dalam hal ini pengembangan sangat penting untuk menunjang efektivitas proses pembelajaran serta mencapai tujuan pengajaran secara optimal. Pemanfaatan pengembangan program pembelajaran diharapkan dapat memberikan keuntungan kepada pendidik, seperti: Dosen, Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dapat lebih mudah dan efektif. Sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa/mahasiswa yang berpengaruh pada tingkat kemampuan belajar, dan pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih efektif.

Untuk itu Diharapkan dengan kehadiran ICT yang dapat dimanaatkan sebagai media pembelajaran, diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi ketidak berkembangan kreativitas dalam pembelajaran peserta didik maupun gurudalam pembelajaran disekolah. Kondisi ini amat memungkin untuk diaplikasikan dalam pembelajaran disekolah karena hampir semua sekolah dewasa ini memiliki komputer. Di samping itu, masyarakat dewasa ini jugasudah banyak memiliki komputer maupun notebook sehinga memungkinkan sekali untuk dikembangkan program pembelajaran yang berbasis ICT, CD/DVD, media interaktif. Bahkan hampir semua sekolah dewasa ini memiliki komputer. Kemudian, penyampaian materi ajar dengan media interaktif ini dapat lebih efektif, efesien dan menarik bagi peserta didik. Untuk ini dipelukan pendidik yang kreatif, professional, aktif dan mampu melakukan inovasi dalam pembelajaran. Maksudnya adalah guru diharapkan mampu memanfaatkan kelebihan yang dimiliki komputer untuk kepentingan pembelajaran. pembangunan yang dilakukan di Indonesia saat ini sangat memerlukan orang-orang yang kreatif serta mempunyai kemampuan dalam ilmu dan teknologi. Untuk mencapai kemampuan yang tinggi dalam bidang tersebut salah satu syarat yang harus dimiliki ialah kecerdasan dan kreativitas yang tinggi. Kreativitas dapat membantuseseorang menjadi lebih progresif. Gagasan inovatif yang muncul dari kreativitas diharapkan dapat membantu memecahkan persoalan-persoalan dalam berbagai bidang pembangunan. Kiranya tidak terlalu berlebihan kalau dikatakan bahwa kemajuan sesuatu bangsa dan negara amat tergantung pada produk-produk kreatif warga negaranya. Tanpa kreativitas suatu bangsa akan selalu tertinggal, oleh karena itu kreativitas harus menjadi gerakan nasional.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan melalui berbantuan produk-produk teknologi model tersebut di atas, ini tidak sulit kalau sudah terbiasa, yang penting ada kemauan kuat untuk mengubah dan meningkatkan kualitas diri. Kurikulum berbasis kompetensi menuntut pelaksanaan pembelajaran model tersebut, karena orientasinya pada proses sehingga peserta didik memiliki kompetensi-kemampuan-ketrampilan-panganalisis, tidak sekedar mengetahui dan memahami. Jangan lupa bahwa kondisi emosional individu akan mempengaruhi pemikiran dan prilakunya, oleh karena itu model pembelajaran tersebut akan terlaksana dengan optimal jika pendidik mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif, nyaman dan menyenangkan.

Pada pelaksanaan di kelas nyata, bisa dilaksanakan secara kooperatif, yaitu pembelajaran dengan cara mengelompokkan peserta didik secara heterogen (dalam hal kemampuan, prestasi, gender, minat, dan sikap) agar dalam kerja kelompok dinamis. Dalam kelompok mereka bisa saling berbagi (sharing) rasa, ide, pengetahuan, pengalaman, tanggung jawab dan saling membantu, sehingga mereka bisa belajar berkolaborasi-berkomunikasi-bersosialisasi. Dengan berkelompok mereka akan berlatih pengendalian diri melalui belajar toleran dengan menghargai pendapat orang lain, berempati dengan merasakan perasaan orang lain, mengikis secara bertahap perasaan malu dan rendah diri tanpa alasan, dan inilah pelatihan kecerdasan emosional sehingga EQ peserta didik bisa meningkat.  Dasar pembelajaran koperatif adalah fitrah manusia sebagai makhluk sosial dengan prinsip belajar adalah hasil pemikiran dan hasil kerja banyak orang relatif lebih baik daripada hasil sendiri

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun