Mohon tunggu...
Kim Amaya
Kim Amaya Mohon Tunggu... -

Mahasiswi paruh waktu, pemimpi & penikmat hidup penuh waktu, pembelajar sepanjang waktu

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Rantau 1 Muara, Sebuah Bacaan-Paket-Lengkap (Sebuah Resensi)

13 Juni 2013   13:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:05 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1371078127910258092

[caption id="attachment_267474" align="alignleft" width="318" caption="Taken from Goodreads.com"][/caption] Rantau 1 Muara bercerita tentang Alif Fikri, seorang anak rantau yang menualangi kehidupannya dengan tidak biasa. Menjadi mahasiswa jurusan Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran tidak lantas membuat Alif menerbitkan cita untuk menjadi diplomat. Minat dan bakatnya di bidang penulisan membawanya menyusuri lika-liku kehidupan jurnalistik tanah air, selepas meraih gelar sarjananya--yang kemudian membawanya pada penemuan cinta sejati. Uniknya, Alif bukan tipikal yang mainstream, yang senang bertahan di zona nyaman. Ia menantang dirinya dengan benturan kehidupan, dengan memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang master. Tidak tanggung-tanggung, Alif berusaha keras mendapatkan beasiswa di Amerika hingga mengabaikan sejenak persoalan hatinya. Dan Amerika menjadi rantauan penuh aral--namun sarat ibrah--berlikutnya. Tapi kesulitan dan kemudahan selalu didampingkan Tuhan sebagaimana janji-Nya. Di tengah kesulitan memenuhi biaya kuliah dengan bekerja paruh waktu di benua asing, Alif bisa memiliki keluarga baru yang tulus melimpahinya dengan kasih sayang. Setelah setahun berada di Amerika, Alif segera teringat pada gadis yang telah berhasil mengalihkan perhatiannya dari rasa patah hatinya di masa lalu. Ia pun bertekad mempersunting gadis yang telah membuatnya terpesona pada pandangan pertama itu, Dinara. Jurnalis cantik dan cerdas berpandangan modern yang tidak lain adalah partner kerjanya saat masih bekerja di media terkemuka ibukota. Mempersunting Dinara pun bukannya tanpa rintangan. Alif harus diperhadapkan dengan kerasnya watak ayah gadis itu. Setelah menikah dan kembali menjalani kehidupan di Amerika, kehidupan pahit-manis pun selalu menyertai Alif. Dan, pada akhirnya, peristiwa demi peristiwa mengejutkan membuat Alif harus mengemukakan pertanyaan terbesar tentang kehidupannya: apa yang sebenarnya ditujunya? Ke mana ia harus memuarakan perantauannya? Rantau 1 Muara adalah salah satu novel paling ditunggu tahun ini. Kesuksesan pendahulu-pendahulunya (Negeri 5 Menara & Ranah 3 Warna) telah mengejawantahkan Ahmad Fuadi sebagai penulis papan atas tanah air yang karyanya layak dinantikan. Menghadirkan warna yang meneruskan dua buku pendahulunya, tidak lantas menjadikan Rantau 1 Muara bisa dipandang biasa-biasa saja. Mantra Man Sara Ala Darbi Washala (Barangsiapa yang berjalan di jalannya akan sampai di tujuan)yang menjadi highlight di novel ini telah berhasil menjadi penutup yang manis trilogi Negeri 5 Menara ini. Moto ini kemudian terurai dalam cerita yang bergulir ringan namun padat esensi. Dikemas dengan gaya khas Ahmad Fuadi yang lembut, hangat, bersahaja, namun berenergi, Rantau 1 Muara berhasil mengemukakan kisah-paket-lengkap ini dengan menggetarkan. Pembaca akan merasakan beragam emosi berkecamuk saat menikmati alurnya yang cepat. Haru, bangga, tergelitik, marah, sedih, dan bahagia akan berganti mengisi ruang imaji pembaca saat membuka lembar demi lembar Rantau 1 Muara. Tidak saja berbicara tentang ambisi-ambisi anak manusia, dan usaha keras untuk mewujudkannya demi pembaikan taraf hidup, Rantau 1 Muara juga mengisahkan kehidupan sosial yang mudah kita temui sehari-hari, nuansa persahabatan yang hangat, hingga persoalan cinta yang membuat berbunga-bunga. Dan kesemuanya itu diramu dengan pelajaran-pelajaran hidup yang estetis dibaca. Alif sebagai tokoh utama ditampilkan sangat manusiawi, tidak flawless. Alif yang berwatak relijius tidak disucikan dari pikiran-pikiran bangga dalam dirinya, sehingga ada masa di mana antagonistik hadir dalam Alif. Hal-hal seperti ini membuat perwatakan tokoh-tokoh Rantau 1 Muara tampak hidup, karena sangat membumi. Diwarnai dengan kalimat-kalimat inspiratif dan motivatif, Rantau 1 Muara tampil sebagai bacaan ringan yang tidak saja menghibur dengan alur ceritanya atau nilai estetika naratif-nya, tetapi juga membekaskan nilai-nilai kontemplatif pembangkit motivasi dalam mengejar mimpi dan menjalani hidup dengan ketundukan penuh pada Sang Agung. Rantau dalam Rantau 1 Muara memiliki esensi yang dalam. Tidak sekadar berjalan di muka bumi untuk memetik rezeki yang disebarkan Tuhan, tetapi juga mengarungi kehidupan untuk menemukan nilai hakiki dari penciptaan kehidupan: Pengabdian dalam Ketaatan. Rantau 1 Muara mengajarkan tentang keteguhan dan kemantapan hati dalam memilih tujuan hidup, bersungguh-sungguh menjalaninya, dan memuarakan diri pada capaian tertinggi: Keridhaan Sang Pemilik Jiwa. Sebuah bacaan wajib yang jangan sampai dilewatkan!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun