Mohon tunggu...
PKRS RSKO
PKRS RSKO Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Akun PKRS Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta

Akun Resmi PKRS Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta. One Stop Service Layanan Pengobatan dan Pemulihan Penyalahgunaan NAPZA / Narkoba dan kesehatan lainnya. Web : www.rsko-jakarta.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Meningkatkan Kualitas Hubungan Interpersonal dengan Mengenali Attachment Style Diri Sendiri

6 Juni 2020   17:49 Diperbarui: 6 Juni 2020   17:51 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Deskripsi : Mengenali Attachment Style Diri Sendiri I Sumber Foto: Dian Fatmawati

Teori tentang attachment pertama kali dikembangkan oleh John Bowlby pada tahun 1973, yang kemudian seiring perjalanan waktu mengalami perkembangan. Simpson (dalam Helmi, 1999) mengatakan bahwa model mental yang terbentuk dari pola kelekatan pengasuh dan anak, berisi pandangan individu terhadap diri sendiri dan orang lain, yang merupakan organisasi dari persepsi, penilaian, kepercayaan, dan harapan individu akan responsivitas dan sensitivitas emosional dari figur lekat, yang berpengaruh terhadap pikiran, perasaan, dan perilaku.

Model mental, dengan demikian terdiri atas dua komponen yaitu model mental "diri" dan "dunia sosial". Model mental diri yaitu apakah diri dinilai sebagai orang yang berharga dan dicintai.

Model mental sosial yaitu pandangan anak terhadap orang lain itu apakah orang lain akan menilai dirinya sebagai orang yang memberikan perlindungan, penghargaan, dan dorongan. 

Terdapat 4 pola attachment yang dimiliki seseorang, yaitu : Secure Attachment, Anxious Preoccupied Attachment, Dismissive Avoidant Attachment dan Fearful Avoidant Attachment. Ketiga pola terakhir merupakan bentuk pola insecure attachment, berikut penjelasan dan masing-masing pola attachment  tersebut:

1. Secure Attachment (Kelekatan yang aman) : Pola ini merupakan kondisi ideal hubungan kelekatan yang didapat oleh anak dengan orangtua /pengasuhnya. Anak-anak yang memiliki kelekatan aman dengan orang tuanya akan memiliki pandangan positif terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya, serta memandang dirinya sendiri berharga sehingga anak-anak ini memiliki kemandirian dan kepercayaan diri yang lebih untuk meraih keberhasilan dalam hidupnya. 

Individu dewasa yang memiliki  kelekatan yang aman (secure attachment) cenderung memiliki  kepuasan dalam hubungan sosialnya maupun dalam hubungan romantik dengan pasangannya. Ia juga dapat menunjukkan perasaan aman dan saling percaya, walaupun mereka memiliki kebebasan menjalani aktivitas masing-masing. Selain itu, individu yang merasa aman mampu memberikan dukungan saat pasangannya sedang merasa distress. Begitupun   sebaliknya, merasa nyaman untuk meminta bantuan apabila sedang ada masalah dan butuh dukungan dari orang lain. Mereka bisa saling terbuka dan setara dalam menjalani hubungan.

2. Anxious Preoccupied Attachment : anak dengan pola ini justru sangat bergantung pada pengasuh utamanya dan memiliki kepercayaan diri yang rendah. Hal ini terjadi sebagai bentuk kurangnya kelekatan terhadap orangtua di masa kecilnya. Tidak jarang individu ini akan tumbuh menjadi pribadi yang mudah marah, cemburu, penuntut, dan bergantung pada orang lain. 

Individu yang memiliki kelekatan cemas cenderung membentuk hubungan fantasi (fantasy bond), sehingga mereka selalu merasa haus akan rasa kasih sayang, perhatian dan cinta, serta sulit percaya terhadap pasangannya atau orang-orang disekitarnya. Seringkali mereka menuntut agar orang lain dapat selalu menolong atau membantunya. 

Meskipun ia selalu menuntut rasa aman (safe and secure) dari pasangan atau rekan dengan menggantungkan dirinya, namun sering kali perilakunya malah membuat pasangan atau rekan mereka menjauh karena sikapnya yang menuntut dan psosesif. Misalnya, jika pasangan mereka mulai bersosialisasi lebih banyak dengan teman, mereka mungkin berpikir, "Lihat? Dia tidak benar-benar mencintaiku. Ini berarti dia akan meninggalkan saya. Keputusan saya benar untuk tidak mempercayainya. ".

3. Dismissive Avoidant Attachment : Anak-anak dengan pola kelekatan ini seringnya akan menghindari interaksi sosial seolah-olah tidak membutuhkan orang lain dalam hidupnya, menarik diri dari pergaulan, serta menolak meminta bantuan orang lain atau menjaga jarak. Perilaku "kemandiriannya" tersebut merupakan upaya anak dalam berjaga-jaga kemungkinan terjadinya stres yang pernah menimpa dirinya saat membuka diri terhadap orang lain. Gangguan perkembangan kelekatan yang dialami biasanya berupa penolakan dari orang tua di masa kecilnya. 

Orang dengan kelekatan menghindar dan meremehkan ini memiliki kecenderungan untuk secara emosional menjauhkan diri dari pasangan atau rekan kerjanya. Mereka mungkin mencari isolasi dan merasa mandiri namun ternyata semu ("pseudo-independent") dan suka mengambil peran sebagai single fighter (orangtua tunggal). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun