Di awal invasi Rusia ke Ukraina, banyak orang memperkirakan perang ini akan berlangsung singkat karena memang secara kekuatan militer Ukraina jauh di bawah Rusia.
Salah perhitungan ini juga menimpa Putin dan Joe Biden yang merupakan tokoh utama dibalik perang Rusia dan Ukraina ini.
Putin tidak memperkirakan bahwa Amerika, NATO dan juga Uni Eropa akan cawe cawe dalam perang ini, sehingga pasokan bahan bakar perang seperti keuangan dan persenjataan terus mengalir membuat Ukraina masih terus bertahan.
Demikian juga Joe Biden di episode awal telah salah dalam memperhitungkan skenario perang ini karena beranggapan bahwa dengan segala ancamannya yang didukung oleh sekutu, Rusia diperhitungkan tidak akan berani menginvasi Ukraina.
Sejak awal Joe Biden mengaburkan misi dan ambisi Amerika untuk menghadang dominasi Rusia dengan membungkus perang Ukraina sebagai konflik global, menegakan demokrasi dan hukum internasional.
Namun pada kenyataanya Joe Biden gagal dalam menyakinkan dunia bahwa Rusia adalah musuh dunia.
Joe Biden memang melakukan kesalahan dengan meremehkan nasionalisme Rusia karena sejak awal tidak mempertimbangkan secara matang keberatan Rusia akan ekspansi NATO.
Joe Biden meremehkan kekuatan nasionalisme Rusia dan mengabaikan ketakutan Moskow akan ekspansi NATO ke perbatasannya dengan cara merusak tatanan yang sudah ada berupa perjanjian Misnk yang ditandatangani pada tahun 2014-2015 yang terbukti ampuh meredam konflik di wilayah Donbas.
Perjanjian ini dapat diterima banyak pihak sekaligus membuka jalan bagi pembentukan dua wilayah otonom di Ukraina Timur untuk mengantisipasi perluasan intervensi Rusia ke wilayah tersebut.
Perjanjian yang sudah ditandatangi oleh Rusia dan Ukraina ini sebenarnya sudah cukup untuk meredam meningkatnya ketegangan antar dua negara ini, namun sayangnya ketika sampai pada implementasinya justru negeri Eropa gagal mendorongnya sehingga pecah perang Rusia dan Ukraina yang berdampak besar pada Eropa.