Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Wisata Komodo di Antara Dua Kutub

4 Agustus 2022   21:28 Diperbarui: 6 Agustus 2022   11:00 1589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo: Bryan Fry via AP

Oleh sebab itu keberadaan Taman Nasional Komodo ini sangat vital tidak saja untuk melestarikan komodo namun juga satwa liar unik lainnya yang ada di sana.

Taman Nasional ini juga kaya akan satwa liar lainnya yang sangat unik seperti ikan duyung, penyu, paus dan ribuan jenis ikan tropis lainnya.

Oleh sebab itu, tidak heran jika di tahun 1991 taman nasional Komodo yang sangat indah dan kaya akan keanekaragaam hayati ini dijadikan Situs Warisan Dunia.

Deklarasi Taman Komodo sebagai situs warisan dunia tidak dapat dipungkiri telah mengangkat gengsi Taman Nasional Komodo ini di mata dunia, sehingga tidak heran setiap tahunnya ratusan ribu wisatawan manca negara mengunjungi taman ini untuk menikmati keindahan dan keaslian alam.

Perlu diingat bahwa ketertarikan wisatawan manca negara pada Taman Nasional Komodo ini adalah keaslian alam dan keberadaan satwa di habitat aslinya bukan pada hotel mewah dan fasilitas pariwisata lainnya.

Wisata alam sangat berbeda dengan wisata lainnya, karena wisata alam menyuguhkan keaslian alam. Jika terjadi kerusakan alam akibat pembanguan infrastruktur modern dan fasilitas lainnya dan juga dampak meningkatnya jumlah wisatawan secara drastis maka keunikan wisatawan ini akan sirna.

Konsep pemerintah tentang era baru pariwisata di Indonesia yang berbasis alam dan budaya dengan fokus pada pariwitata yang berkelanjutan memang dapat difahami, namun khusus untuk Komodo pemerintah harus hati hati karena menyangkut satwa yang dan alam yang dilindungi.

Oleh sebab itu, kapitalilisasi komodo dan Taman Nasional ini dapat saja menjadi bumerang karena dampat berdampak pada kerusakan habitat alami Komodo.

Sebagai contoh pengembangan pariwisata bernilai jutaan dolar di Pulau Rinca, di mana lebih dari sepertiga komodo diperkirakan hidup di daerah ini sangat bertolak belakang dengan konsep pelestarian Komodo dan habitat alaminya.

Perlu diingat juga bahwa selama ini para konservasionis telah berusaha menjaga keaslian alam dan oleh karena keaslian alamnya inilah banyak pelaku wisata, pemilik perahu dan penjual souvenir dapat menggantungkan hidupnya.

Kerusakan habitat asli komodo dan satwa liar lainnya penghuni Taman Nasional Komodo baik yang ada di darat maupun di perairan akan menjadi titik awal keruntuhan pariwitasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun