Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan featured

Basa Basi ASEAN dan Keangkuhan Myanmar

8 Mei 2021   10:50 Diperbarui: 7 Agustus 2021   00:07 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi memberikan pernyataan di perteman ASEAN 24 April 2021 lalu. Photo: AP

Pertemuan ASEAN yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 24 April lalu memang penuh drama.

Kehadiran tokoh utama kudeta militer Myanmar jelas ingin memperlihatkan pada ASEAN dan dunia bahwa urusan kudeta merupakan urusan dalam negeri Myanmar dan tidak boleh dicampuri.  Kehadiran pimpinan kudeta sekaligus  ingin menunjukkan bahwa ASEAN menerima kepemimpinannya.

Drama lainnya adalah lima poin konsensus terkait penyelesaian konflik di Myanmar.

Seperti yang telah diduga sebelumnya bahwa solidaritas ASEAN akan mengalahkan segala galanya.  Negara negara ASEAN secara tradisi tidak mau  mencampuri urusan negeri masing masing sehingga tidak mungkin keluar pernyataan keras apalagi ungkapan tidak mengakui pimpinan kudeta militer ini sebagai pimpinan Myanmar.

Di atas kertas 5 konsensus yang meliputi: mengakhiri kekerasan, mengadakan pembicaraan konstruktif dengan semua pihak, mengirim bantuan ke Myanmar, mengirimkan utusan khusus untuk memfasilitasi dialog dan kengirimkan utusan khusus ke Myanmar; tampak sangat indah namun sangat sulit diimplementasikan.

Pertemuan ASEAN di Jakarta 24 April lalu. Photo: EPA
Pertemuan ASEAN di Jakarta 24 April lalu. Photo: EPA
Benar saja selepas pertemuan ASEAN secara eksprisit pihak militer yang berkuasa saat ini mengeluarkan pernyataan bahwa Myanmar tidak akan mengijinkan utusan ASEAN memasuki negaranya sebelum keamanan dalam negeri berhasil direstorasi oleh pihak militer.

Pihak militer juga menyatakan Myanmar hanya mau bekerjasama pada level tertentu saja yang terkait dengan keamanan dan stabilitas dan tidak akan mengijinkan ASEAN mencampuri urusan dalam negeri Myanmar.

Permainan politik pimpinan kudeta militer Myanmar ini sudah dapat diduga sebelumnya.  Kehadiran Min Aung Hlaing pimpinan kudeta militer lebih ditujukan kepada pengukuhan eksistensi dirinya sebagai pimpinan Myanmar di kawasan ASEAN bukan pada upaya peneyelesaian masalah dalam negeri yang sedang dihadapinya.

Pimpinan Kudeta mIlter Myanmar. Photo: Reuters
Pimpinan Kudeta mIlter Myanmar. Photo: Reuters
Sepulangnya dari pertemuan ASEAN yang diselenggarakan di Jakarta ini pihak militer Myanmar melakukan kegiatan rutinnya mengamankan dan memuluskan kudeta dengan cara memadamkan setiap perlawanan yang ditunjukkan oleh rakyat Myanmar.

Sampai saat ini sddah tercatat 774 korban jiwa dan sebanyak 3.700 orang yang dianggap penentang kudeta militer ditahan oleh pihak militer.

Bahkan kini pihak militer Myanmar  mengkategorikan siapa saja yang menentang kudeta militer sebagai teoris.

Oleh sebab itu penangkapan, intrograsi dan penahanan terus berlangsung, demikian juga korban jiwa masih terus  berjatuhan.

Pihak militer kini tidak saja menumpas setiap oposisi yang terjadi di kota kota besar saja namun sudah melakukan operasi militer terhadap etnis minoritas yang berada diperbatasan yang selama ini memang sering konflik dengan pihak  militer.

Konflik pihak militer dan pemberontak the Karen National Union di wilayh perbatasan. Photo: AFP
Konflik pihak militer dan pemberontak the Karen National Union di wilayh perbatasan. Photo: AFP
Pernyataan pihak mlilter bahwa Min Aung Hlaing menerima dengan baik  usulan kontruktif  ASEAN namun tetap memprioritaskan penegakan hukum dan pemulihan keamanan dalam negerinya menandakan bahwa pimpinan kudeta ini menerima 5 konsensus ini hanya sebagai basa basi semata.

Solidaritas ASEAN selama ini terutama tidak mencampuri urusan dalam negeri anggota ASEAN menjadi  alasan utama pimpinan kudeta militer Myanmar ini mengabaikan 5 konsensus ASEAN ini.

Pimpinan kudeta militer ini tau betul bahwa kalaupun dirinya menolak konsensus ini maka sudah dipastikan bahwa negara anggota ASEAN juga tidak dapat berbuat apa apa.

Masalah kudeta militer yang memakan korban jiwa yang besar ini tampaknya jauh dari penyelesaian karena negara negeri kunci disekitar Myanmar seperti negeri negara ASEAN dan Tiongkok belum mengambil langkah konkrit untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Myanmar ini.

Langkah Amerika dan Uni Eropa yang hanya memberikan sangsi kepada pinpinan kudeta Min Aung Hlaing dan bisnis militer masih sangat terbatas untuk memberikan dampak besar pada pihak militer yang melakukan kudeta ini.

Jadi tidak heran jika selepas pertemuan ASEAN situasi dalam negeri Myanmar tidak berubah sama sekali dimana perlawanan yang diberikan oleh rakyat Myanmar walaupun sangat terbatas masih terus berlangsung dan pihak militer terus melakukan aksi militernya yang mengakibatkan korban terus berguguran hari demi hari.

Pada saat kudeta militer berlangsung di awal Februari lalu dunia masih semangat untuk membicarakan dan mencari penyelesaian agar kudeta militer ini dapat segera diakhiri dan kekuasaan dikembalikan pada rakyat Myanmar.

Namun setelah berlangsung beberapa bulan, dunia menganggap sebagai bagian rutin keseharian dan kurang antusias untuk menyelesaikan pelanggaran demokrasi dan HAM yang terjadi di Myanmar.

Kurangnya keperdulian dunia pada  kudeta militer di Myanmar yang sudah memakan banyak korban jiwa ini diperkirakan karena posisi Myanmar sebagai negara yang kurang memberikan manfaat ekonomi dan militer  bagi kepentingan negara besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun