Tujuan hakiki pendidikan bukan lah hanya menciptakan generai cerdas dan pintar saja namun juga bermoral dan berpilaku santun.
Hal yang lebih fatal lagi, banyak kasus konflik antara guru dan murid ini akhirnya berakhir secara "damai" dan diiringi oleh minta maaf. Â Hal ini tentunya tidak menyelesaikan masalah intinya, yaitu kerusakan moral dan prilaku murid yang sudah mengakar.
Bisa jadi sang murid tidak menyadari bahwa prilaku yang dipertontonkan tersebut bertentangan dengan norma dan prilaku sebagai murid dan menganggap prilakunya tersebut wajar wajar saja karena di luar sekolah prilaku tersebut sudah biasa dipertontonkannya.
Menyerahkan pendidikan sepenuhnya pada sekolah bukanlah tindakan yang bijaksana, karena sekolah memiliki keterbatasan dalam mendidik siswa. Â Justru sebaliknya memperbaiki pendidikan keluarga merupakan kunci untuk keluar dari fenomena gunung es ini.
Tampaknya lagu Iwan Fals "Umar Bakri" yang menggambarkan sosok seorang guru sangat relevan sampai saat ini bahkan marwah guru semakin luntur. Â Sebaiknya fenomena tingkah laku siswa yang semakin menyimpang dari norma justru lebih mengkhawatirkan.
Bisa kita tebak langkah selanjutnya, akan tim dari pihak "terkait" untuk mendatangi siswa dan guru untuk "menyelesaikan" kasus ini dan keluar seribu jurus untuk mengatasinya termasuk menambah mata ajaran yang berbau moral dan akhirnya kasus ini dianggap selesai.
Merubah prilaku seorang siswa yang sudah berkarat tidak akan dapat diseleksaikan dengan mata ajaran yang berbau moral dan etika beberapa jam saja di sekolah tanpa disertai pendidikan keluarga yang memadai.
Tanpa solusi yang sistematik dan masif fenomena gubung es ini tidak akan terpecahkan dan tetap menjadi lingkaran setan yang tidak berujung.