Prinsip terapi pada alergi susu sapi adalah anak harus menghindari minum susu sapi dan produk olahannya (yogurt, keju, dan lainnya). Apabila bayi masih mendapatkan ASI, maka ibu menyusui juga harus menghindari konsumsi susu sapi dan produknya untuk mencegah alergen terminum melalui ASI. Saat ini juga sudah terdapat susu formula hipoalergenik yang terbukti tidak menimbulkan reaksi alergi pada 90% anak dengan alergi susu sapi. Pemberian suplementasi kalsium dapat dipertimbangkan pada anak yang tidak mengonsumsi susu sapi.
Pada intoleransi laktosa, tubuh umumnya masih dapat mentoleransi asupan laktosa sebanyak 12-24 g/hari, yang dapat dimakan/diminum dalam jumlah yang kecil beberapa kali dalam sehari, sehingga terapi intoleransi laktosa cukup dengan memilih makanan/minuman dengan kandungan laktosa yang lebih rendah. Saat ini juga sudah tersedia susu formula rendah laktosa yang dapat beli secara komersil.
Referensi
- Sumadiono, dkk. Diagnosis dan tatalaksana alergi susu sapi. Badan penerbit ikatan dokter anak Indonesia. 2014.
- Di Costanzo M, Berni Canani R. Lactose intolerance: common misunderstandings. Ann Nutr Metab. 2018:30-7.
- Robles L, Priefer R. Lactose Intolerance: What Your Breath Can Tell You. Diagnostics. 2020;10:412.
- Heine R, AlRefaee F, Bachina P, De Leon J, Geng L, Gong S, dkk. Lactose intolerance and gastrointestinal cow's milk allergy in infants and children -- common misconceptions revisited. World Allergy Organ. 2017;10:41.