Jumat, 03 oktober 2025, aroma sedap masakan laut menyapa dari dapur sederhana MBG di Sumatera Utara kota Medan. Di atas meja, tersaji makanan dengan Nasi putih ditemanin tumisan brokoli hijau segar, udang yang dimasak dengan bumbu bawang sederhana serta cumi yang diolah rumahan siap untuk diantar ke sekolah anak untuk makan siang. Menu ini tampak biasa, bahkan mungkin terlalu sederhana bagi sebagian orang kota. Namun bagi Makanan Bergizi Gratis yang paling penting adalah unsur 4 sehat & 5 Sempurna harus terwakilkan dalam menu MBG yang akan diberikan kepada anak-anak. Inilah wajah nyata pangan lokal: Segar, sehat, dekat dengan masyarakat, dan penuh cinta, rasa dan cerita.
Udang dan cumi dibeli langsung dari nelayan setempat yang baru saja kembali dari laut Tanjung Balai. Brokoli hijau diperoleh dari petani di kaki pegunungan Tanah karo dan dari Toba Sumatera Utara, proses tanam-menanam brokoli ditanah yang subur dan sejuk serta dingin tanpa banyak pupuk kimia sehingga jika diberikan untuk MBG sangat bagus. Nasi Putih merupakan dari hasil panen dari daerah Labuhan Batu dan Tanjung Balai yang merupakan hasil panen dari persawahan dari desa yang ada di Sumatera Utara. Semua bahan berasal dari Sumatera Utara dan dari Laut yang ada di Sumatera dan dari tangan orang-orang yang hidupnya bergantung pada hasil bumi.
Jika kita makan yang tumbuh dan hidup dari tanah kita sendiri, kita sebenarnya sedang menjaga kelestarian dan napas bumi, ujar salah satu pelopor dan penggerak MBG dengan senyum tenang. Pangan lokal bukan sekadar urusan perut, melainkan juga urusan hidup bersama.
Dari Dapur ke Gerakan Makan Bergizi
MBG singkatan dari Makan Bergizi bukan hanya sebagai gerakan komunitas pencinta kuliner lokal. Mereka mengusung misi lebih dalam: menghidupkan kembali kesadaran masyarakat akan pentingnya pangan lokal. Sejak awal, MBG percaya bahwa ketahanan pangan Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan Impor, tetapi harus berakar pada apa yang dihasilkan tanah dan laut kita sendiri terutama yang ada di Sumatera Utara - Medan.
Di setiap kegiatan, MBG selalu menekankan prinsip sederhana: makan dari yang ada disekitar. Jika tinggal di daerah pesisir, konsumsi ikan lokal seperti si bolga. Jika hidup di dataran tinggi, perbanyak umbi dan sayuran pegunungan seperti di tanah karo. Prinsip ini sekadar romantisme lokalitas, melainkan juga strategi nyata untuk mengurangi ketergantungan pada pangan impor.
Mengangkat Kembali yang Terpinggirkan
Gerakan MBG juga memiliki satu misi kecil yang kerap terlupakan: mengangkat kembali bahan pangan yang selama ini terpinggirkan. Mereka mengingatkan masyarakat tentang keberadaan singkong, talas, jagung, dan sagu. Pangan lokal yang dulu menjadi bagian penting dari meja makan Indonesia, sebelum beras mendominasi segalanya.Â
Dalam kesempatan ini, MBG daerah Sumatera Utara menyajikan menu lokal berbasis umbi-umbian, sayuran pegunungan, ikan laut untuk menu utama MBG. Tujuannya Jelas mengubah cara pandang masyarakat bahwa pangan lokal bukan makanan kelas dua, melainkan bagian dari kekayaan kuliner yang bisa bersaing baik Nasional maupun International.
Jejak Sosial dan Ekonomi bagi UMKM