Mohon tunggu...
Roy Soselisa
Roy Soselisa Mohon Tunggu... Guru - Sinau inggih punika Ndedonga

Sinau inggih punika Ndedonga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pelajar di Kota Surabaya: Bu Risma yang Melindungi Sekuat Tenaga, Teroris yang Merenggut Nyawa Mereka

19 Mei 2018   14:00 Diperbarui: 19 Mei 2018   14:38 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak lima tahun yang lalu, Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Pendidikan mengeluarkan kebijakan tentang larangan sekolah untuk mengadakan kegiatan ke luar kota Surabaya, terutama untuk kegiatan yang sering diselenggarakan dalam rangka perpisahan dan/atau rekreasi selepas ujian akhir (menghabiskan waktu liburan sekolah). Semua lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Pemerintah Kota Surabaya, terutama bagi sekolah negeri, wajib untuk mematuhi kebijakan yang telah ditetapkan.

Kebijakan tersebut sangat berasalan, salah satu pertimbangannya adalah karena faktor keselamatan pelajar. Dengan menyelenggarakan kegiatan di luar Kota Surabaya, akan sangat rentan terjadi musibah, seperti kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan jatuhnya korban meninggal dunia, maupun musibah yang disebabkan oleh bencana alam. 

Sehingga lembaga pendidikan dihimbau untuk memanfaatkan fasilitas seperti taman, serta fasilitas umum lainnya yang berada di dalam Kota Surabaya sendiri, saat akan mengadakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan manfaat dan kesan tersendiri kepada pelajar---lembaga pendidikan pada tempat kami mengabdi pun memilih untuk melindungi para pelajarnya, seperti dalam foto terlampir yang diabadikan tepat sehari (12/05/2018) sebelum Kota Surabaya diteror bom, kami menyelenggarakan kegiatan bagi pelajar tingkat akhir yang baru usai menunaikan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di dalam Kota Surabaya sendiri.

Bahkan, Walikota Surabaya, Bu Risma sendiri pernah menghimbau secara langsung, demi keselamatan pelajar di Kota Surabaya, maka lembaga pendidikan sebaiknya mengembalikan waktu liburan setiap pelajar dengan keluarganya masing-masing, daripada harus menghabiskan waktu liburan bersama rombongan melalui kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah. 

Sedemikian rupa usaha yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya dalam melindungi keselamatan pelajar yang ada di Kota Surabaya, maka tak heran apabila pasca teror bom di Kota Surabaya (13/05/2018), melalui pemberitaan media massa dapat kita saksikan beberapa kali Bu Risma menangis. 

Tangis Bu Risma ini sangatlah beralasan, salah satunya adalah karena keselamatan pelajar di Kota Surabaya menjadi terancam (terbukti selama seminggu semua sekolah di bawah naungan Pemerintah Kota Surabaya telah diliburkan), bahkan beberapa pelajar di Kota Surabaya telah menjadi korban meninggal dunia.

Selama ini, Bu Risma telah melindungi keselamatan pelajar di Kota Surabaya dengan sekuat tenaga, namun teroris dengan mudahnya merenggut nyawa mereka---baik menghasut pelajar (anak pelaku) untuk menjadi pelaku peledakan, maupun merenggut nyawa pelajar lain (korban) melalui bom yang diledakan. 

Tanpa berbicara dengan menggunakan sudut pandang agama, hanya berbicara dengan menggunakan sudut pandang kearifan lokal (local wisdom) yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, para leluhur dan para pendiri bangsa ini telah memberikan teladan akan nilai-nilai dari misi perjuangan yaitu mengorbankan diri sendiri supaya orang lain mendapatkan keselamatan, bukan mengorbankan orang lain untuk mendapatkan keselamatan diri sendiri.

Salah satu leluhur bangsa Indonesia yaitu Gajah Mada yang merupakan seorang panglima perang dan tokoh yang sangat berpengaruh pada zaman kerajaan Majapahit, telah memberikan teladan untuk mengorbankan diri sendiri dengan bersumpah tidak menikmati palapa atau rempah-rempah (yang diartikan kenikmatan duniawai), supaya banyak orang dipersatukan dalam (penyatuan) Nusantara. 

Begitu pula dengan dengan para pejuang kemerdekaan, telah memberikan teladan dengan mengorbankan nyawa, supaya para penerus (anak cucunya) dapat menikmati dan mengisi kemerdekaan. Lalu bagaimana dengan perilaku para teroris? Kearifan lokal bangsa ini telah memberikan jawaban: "Hanya Kesatria yang mengorbankan dirinya sendiri, supaya banyak orang bisa merasakan surga (kemerdekaan, dll.). Hanya Pengecut yang mengorbankan banyak orang, supaya dirinya sendiri bisa merasakan surga (keabadian, dll.)."

Kota Surabaya, 19 Mei 2018

RAS

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun