Mohon tunggu...
Desfira Rousthesa
Desfira Rousthesa Mohon Tunggu... Freelancer - Arkeologi

Seorang lulusan S1 Arkeologi UI yang siap menyebarkan fakta-fakta menarik terkait peninggalan nenek moyang di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sound of Borobudur Menjadi Bukti Musik adalah Hal Penting bagi Masyarakat Jawa Kuna

15 Mei 2021   09:45 Diperbarui: 15 Mei 2021   09:54 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Musik didefinisikan sebagai suatu hasil cipta karya manusia yang berisikan ide, pemikiran, dan kreatifitas yang dituangkan menjadi karya seni bunyi. Dalam sejarahnya, dahulu musik memiliki dua fungsi yaitu fungsi nemesis dan katarsis. 

Fungsi nemesis adalah fungsi di mana musik diartikan sebagai pemurnian jiwa melalui pengalaman emosional, sedangkan fungsi katarsis adalah musik sebagai sarana pengekspresian diri. Perkembangan musik menunjukkan bahwa musik semakin lama semakin unik dan beragam. Di setiap zaman, tentu terdapat jenis musik yang menjadi ciri khas pada masa tersebut. Tulisan ini akan mencoba menjelaskan bagaimana peran musik pada masyarakat Jawa Kuno terutama di masa kerajaan Mataram Kuna.

Candi borobudur secara geografis terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Candi ini merupakan candi buddha terbesar di dunia dengan ornamennya yang sangat raya. Salah satu ornamennya adalah relief narasi yang dipahatkan menjadi ratusan panil relief. Relief adalah salah satu data penting dalam arkeologi untuk mengetahui gambaran tentang masyarakat jawa kuna di masa itu. Gambaran yang dapat dilihat antara lain tentang kesenian musik dan pertunjukkan pada masa Mataram Kuna. Informasi dari relief ditambah dengan data penunjang dapat menjelaskan mengenai peran dan penggunaan musik pada masa tersebut.

Relief narasi di candi borobudur menggambarkan empat kisah, yaitu karmmawibhangga, lalitavistara, jataka avadana, dan gandavyuha. Seluruh kisah tersebut terinspirasi dari kisah Buddha dan Sidharta Gautama. Bagaimanapun, penggambaran keadaan dan suasana yang tertuang dalam relief tentu terinspirasi dari keadaan di sekitar para silpin. Dari seluruh gambaran peristiwa yang terdapat alat musik dalam relief, kita dapat mengetahui bahwa musik digunakan baik di lingkungan rakyat biasa, kaum bangsawan, maupun di khayangan tempat para dewata.

Penggambaran musik di lingkungan rakyat biasanya digunakan untuk mencari nafkah, menghibur diri sendiri, atau menghibur orang lain. Alat musik yang biasanya digunakan untuk mencari nafkah masa itu adalah tongkat gesek, organ mulut, gendang bercelah, dan mangkuk gemerincing. Biasanya para pemusik ini mengiringi para penari dan pemain akrobat sembari menengadahkan tangannya kepada para kaum bangsawan. Para pemusik pun biasa digambarkan dengan pakaian yang sederhana. Penontonnya digambarkan dengan pakaian yang indah dan tempat duduk yang bagus. Selain digunakan untuk mencari nafkah, musik juga berfungsi untuk menghibur rakyat lainnya dan diri mereka sendiri.

Selain berfungsi sebagai hiburan, musik juga digunakan untuk pengiring upacara keagamaan, peramai arak-arakan, dan pengiring tarian. Fungsi tersebut biasanya ditemukan hanya di kalangan bangsawan saja. Pemusik dari rakyat biasa dan kaum bangsawan (pemusik istana) bisa dibedakan dari pakaian yang digunakannya. Pemusik istana pasti menggunakan pakaian yang lebih indah dan raya. Dalam suasana arak-arakan pun biasanya hewan membawa alat musik yang dikalungkan di leher mereka, seperti kuda dan gajah yang membawa genta di lehernya.

Penggunaan musik juga digambarkan di dunia atas, atau dunia para dewata. Penggambaran khayangan dalam relief biasanya terdapat relief pohon Kalpataru, ada wujud dewata, dan makhluk khayangan lainnya. Banyak peristiwa menarik di dunia khayangan yang terlihat menggunakan musik. Seperti ketika musik mengiringi tarian putri Mara untuk menggoda sang Buddha. 

Selain itu musik juga digambarkan sebagai salah satu bentuk penghormatan. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya relief yang menggambarkan tentang penghormatan terhadap sang Buddha dan Maitreya dengan diiringi musik. Kemudian ansambel terlengkap yang digambarkan dalam panil relief di Candi Borobudur adalah ketika pemujaan terhadap sang Buddha yang berlangsung amat meriah.

Penjelasan tersebut sudah cukup menggambarkan bahwa musik memiliki peran yang teramat penting dalam kehidupan masyarakat Jawa Kuna masa itu. Beberapa fungsi musik yang dapat terlihat adalah sebagai 1) sarana penghiburan diri, 2) sarana mencari nafkah, 3) penyemarak arak-arakan, 4) penghormatan dan pemujaan, dan 5) ritus keagamaan. Musik juga digambarkan tidak terbatas untuk kalangan tertentu saja, mulai dari rakyat biasa hingga alam dewata pun terdapat peran musik yang cukup besar.

Selain data dalam relief yang ada pada candi Borobudur, penggunaan musik ini juga didukung dengan data-data lain, yaitu data prasasti dan data kitab susastra. Dalam prasasti, banyak profesi pemusik yang dituliskan di dalamnya. Para pemusik itu merupakan salah satu profesi yang mendapatkan imbalan atau hadiah. Beberapa profesi yang disebut dalam prasasti penetapan sima adalah mapadahi, maregang, dan mabrekuk. Mereka biasanya mendapat hadiah berupa pasek-pasek.

Kitab susastra yang sezaman dengan candi Borobudur dan dapat dibandingkan adalah Ramayana. Di dalam kakawin Ramayana tersebut disebutkan beberapa profesi atau alat musik seperti kendang, mabangsi (sejenis alat tiup untuk menambah semangat dalam peperangan), wina, kinnara (dianggap merujuk pada alat musik bar-zither), cangka, tuwung, regang, dan padahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun