Mohon tunggu...
ROUDOTUL UYUN
ROUDOTUL UYUN Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Kampus Mengajar 7 Kemdikbud RI

Uyun, sapaan yang seringkali terdengar dari teman-teman di kampus. Saya Mahasiswa tingkat akhir Universitas Sultan Ageng Tirtayasa di Serang, Banten.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lingkungan Positif: Dukung Anak Mengembangkan Kognitif

12 Mei 2024   07:00 Diperbarui: 12 Mei 2024   07:07 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. 

Peribahasa itulah yang sering kali terdengar jika kita membahas anak dan orang tua. Tidak jarang kita menemukan kesamaan sifat dan karakter pada anak dan orang tua. Seperti kebiasaan anak, perilakunya, bahkan beberapa anak justru mengikuti dan bercita-cita ingin seperti orang tuanya yang sukses. Namun, apakah hal yang sama juga berlaku dalam hal perkembangan kognitifnya? Apakah anak yang berasal dari orang tua yang tidak bisa membaca, akan mustahil menjadi anak pintar dan menjadi orang hebat? Lantas apa saja yang bisa kita lakukan untuk mendukung perkembangan kognitif anak-anak kita?

Sebelum melangkah lebih  jauh, penting bagi kita untuk memahami makna dan arti dari kata 'kognitif' terlebih dahulu. Di kalangan guru mungkin sudah tidak asing lagi dengan kata tersebut. Yaa, kemampuan kognitif menjadi salah satu aspek penilaian anak di sekolah. Dalam dunia pendidikan, kita mengenal kognitif sebagai kemampuan siswa untuk berpikir. Secara bahasa, kognitif berasal dari kata Cognition yang apabila kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti pengartian atau mengetahui. Sederhananya, dapat kita maknai bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan anak untuk berpikir secara menyeluruh dan berhubungan, serta kemampuan dalam memecahkan masalah dan kemampuan penalaran.

Kemampuan anak dalam berpikir akan sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-harinya bahkan dapat mempengaruhi masa depannya nanti. Anak yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi akan lebih mudah dalam menguasai pengetahuan umum secara luas. Dengan begitu anak akan mampu berinteraksi dengan baik di lingkungan masyarakatnya secara wajar.

Pada proses perkembangannya, kemampuan berpikir tingkat tinggi tidak serta merta akan terbentuk begitu saja. Ada beberapa tahapan dan tingkat kemampuan kognitif anak. Tingkat kemampuan kognitif anak yang terkenal ialah Taksonomi Bloom yang terbagi dalam 6 tingkat atau level kemampuan kognitif. Dalam ruang lingkup pendidikan, tingkatan pada taksonomi bloom dilambangkan dengan C1, C2, C3, C4, C5, dan C6. Menurut taksonomi bloom, level kognitif anak dimulai dari level C1 atau Remembering (mengingat), Understanding (Memahami), Applying (Menerapkan), Analyzing (Menganalisis), Evaluating (Mengevaluasi), ingga level C6 yaitu Creating (Menciptakan).

Kemampuan berpikir anak akan terbentuk secara maksimal apabila disertai dukungan baik dari lingkungan tempat tinggal terkhusus lingkungan keluarganya. Lingkungan keluarga menjadi faktor inti dalam proses perkembangan berpikir anak sebelum mereka mengenal lebih luas lingkungan masyarakat. Tidak sedikit anak yang terpaksa harus mengubur cita-citanya karena tidak mendapat dukungan dari orang tua. Setelah lingkungan keluarga, sekolah menjadi tempat kedua mereka tumbuh dan berkembang. Pembentukan pola pikir dan proses perkembangan kognitifnya secara dominan berlangsung di sekolah.


Meskipun lingkungan keluarga dan masyarakat mempengaruhi perkembangan kognitif anak, inti dari keberhasilan pembentukan pola pikir yang baik ada pada diri anak sendiri. Bukan menjadi hal mustahil jika anak yang terlahir dari keluarga yang tidak begitu memperhatikan pentingnya pendidikan akan menjadi anak yang sukses dan berhasil. Hanya saja perlu banyak sekali kerja keras yang harus dilakukannya dalam mencapai kesuksesan itu. Tidak ada kemustahilan di dunia ini. Selama usaha dan kerja keras dilakukan, cita-cita sebesar apapun pasti akan dapat diraih.

Berikut Beberapa Cara yang Dapat Dilakukan Orang Tua untuk Mendukung Proses Perkembangan Kognitif Anak:

  1. Literatur Harian

Secara umum kita mengetahui bahwa pada usia 7 tahun atau saat anak menginjak kelas 1 sekolah dasar, kemampuan yang mereka miliki masih sangat terbatas. Pengetahuan mereka tentang semua yang ada di sekitarnya belum begitu luas. Literatur harian merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan di rumah untuk mendukung anak dalam proses perkembangan kognitifnya. Kegiatan ini ditujukan agar anak mampu memanfaatkan waktu di rumah dengan sebaik mungkin sehingga mereka akan lebih siap dalam pembelajaran di kelas.

  1. Bermain Puzzle

Permainan puzzle tidak hanya sekedar bermain. Dibalik itu, ada kemampuan kognitif anak yang secara tidak langsung akan terlatih. Dari permainan ini, anak dapat belajar menyelesaikan permasalahan, melatih konsentrasi, melatih rasa sabar, dan tak kalah penting adalah munculnya rasa senang atas sebuah pencapaian setelah mereka  mampu menyelesaikan permainannya. Kegiatan ini sesuai untuk dilakukan oleh anak dari semua jenjang usia dan pendidikan.

  1. Belajar Bentuk dan Warna

Kemampuan kognitif anak dapat ditingkatkan melalui salah satu cara ini. Mengenalkan anak dengan bentuk dan warna dapat menjadi langkah awal orang tua untuk mendukungnya menjadi orang hebat. Meski terkesan sepele, ternyata kegiatan ini sangat bermanfaat dan penting untuk perkembangan dan peningkatan kemampuan kognitif anak.

  1. Belajar Alfabet dan Berhitung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun