Dahulu sewaktu saya kecil di depan rumah saya terdapat dua buah pohon kelapa yang cukup tinggi menjulang.
Terkadang juga ada pemandangan yang tidak biasa, yakni di hinggapi burung merpati pos yang terbang dan mampir diatas pohon kelapa dengan gelang di kaki.
Penghoby merpati pos ternyata sudah ada semenjak saya kecil kisah ibu saya.
Namun ini bukan tentang merpati pos tetapi tentang buah kelapa yang semakin mahal.
Sebagai ibu rumah tangga yang penikmat kelapa dan air kelapanya saya perlu mengulas hal ini sebagai cataran pribadi, juga sebagai wacana sharing bagi siapapun yang ingin membaca. Banyak orang mengetahui manfaat yang terdapat pada pohon kelapa mulai dari daunnya hingga buahnya.
Daun kelapa kering bisa di ambil untuk di jadikan bahan bakar memasak dengan kompor masak tungku sebagai penghemat bahan bakar gas LPG.
Sedangkan tengah daunnya atau lidi bisa di kupas untuk sapu di pekarangan,
untuk penebah lalat di ruang tamu dan warung. Pelepah dan batok kelapa dapat juga sebagai bahan bakar namun di jawa tengah dan kalimantan batok kelapa di sulap di jadikan sebagai kerajinan tangan seperti siwur mandi, siwur sayur, mangkuk bakso, pot gantung, botol minum dan lain sebagainya.
Sedangkan untuk kulitnya atau sepatnya untuk menggosok piring ataupun panci kotor, karena saya pun menggunakan sepat untuk menggosok panci agar tidak perlu membeli alat gosok.
Jika pohon kelapa berpenyakit dan tidak berbuah kayunya bisa di potong di jadikan penyangga atap rumah.
Inti buahnya untuk kita ambil kemudian di parut di peras jadikan santan untuk bahan olahan
makanan, parutan kelapa bisa kita buat sebagai pelengkap hidangan kue tradisional cenil, pura, tiwol, getuk dsb.
Air kelapa di dalam buah kelapa dapat di minum sebagai penawar keracunan, juga sebagai penyembuh dehidrasi karena air kelapa mengandung senyawa elektrolit yang dapat menggantikan cairan mineral tubuh yang hilang. Sedahsyat itu manfaat pohon kelapa bagi manusia.
Dari pohon kelapa dapat menghemat uang belanja.
Saat sebelum harga kelapa mencapai harga 15000 rb perbutir, bapak saya telah meminta iparnya untuk mencarikan bibit kelapa cengkir agar mudah di ambil tanpa perlu repot memanjat.
Setelah didapat dan di tanam, beberapa tahun kemudian berbuah cukup lebat. Alhamdulillah bisa di bagikan untuk saudara dan kerabat, namun beberapa saat kemudian munculah penyakit kelapa yang di sibut kuwawong. Hal ini menjadikan kelapa tidak lagi mau berbuah.
Sebelum panyakit kelapa ini semakin parah kakak saya telah menyiapkan bibitnya untuk di tanam dari pohon kelapa yang semula tumbuh, untuk di tanam lagi di pekarangan. Pernah saya temui saat melintasi jalan raya arah kasembon kandangan banyak terdapat pohon kelapa di tepi jalan raya namun pohon kelapa tersebut tidak berbuah dan sepertinya di serang penyakit, bagi saya ini sangat di sayangkan.
Meski setiap tanaman butuh perawatan agar tidak terserang penyakit kemudian mati setidaknya butuh generasi untuk terus hidup sehingga tidak membiarkannya begitu saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI