Mohon tunggu...
Rosyad Faruq
Rosyad Faruq Mohon Tunggu... Penulis - All social media : @rosyadakew

de omnibus debitandum

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Eksistensi Mahasiswa Bergincu Toa!

28 November 2019   22:43 Diperbarui: 28 November 2019   23:11 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Warna jingga menyelimuti langit kala itu, dengan suasana sepi dan hanya ada suara lolongan anjing yang meringis dan menangis karena habis disiksa oleh majikannya. Suasana saat itu sedang kelam karena teritorial kampus layaknya sebuah taman pemakaman.

Gedungnya berdiri kokoh seperti sebuah nisan megah, dan  manusia didalamnya sedang berjalan kebingungan mencari makamnya sendiri lalu  tersedu menangis diatas batu nisan dengan guratan namanya sendiri, mereka inilah yang dinamakan Misero (re: orang yang berputus asa). Ironi sekali ya!

Berkeliling kedalam bangunan tersebut, ruang-ruang kelas penuh dengan deretan kursi pesakitan dan yang duduk diatasnya bersiaplah mendengarkan lagu pengantar tidur dalam keabadian yang akan membuat seluruh ototmu menegang lewat kejutan melodi yang meradang dan menerjang.

Sebagai pelengkap penderitaan, ruangan itu difasilitasi oleh papan bor untuk mencatat pesan terakhir sebelum memasuki gerbang dunia yang membuat orang tak bisa pulang menemukan jatidiri kehidupan.

Gelap pekat seluruh isi bangunan itu walaupun seluruh lampu yang ada sudah dinyalakan, bising dan gaduh diseluruh lorong kampus, menyisakan jeritan permasalahan yang menimpa penghuninya. Sepanjang tembok terdapat coretan-coretan yang ditulis dari tinta darah dan air mata, namun tulisan itu tak kasat mata. Hanya orang tertentu yang dapat merasakan konidisi itu semua.

Tak ada hujan, tak ada angin, duaaaaar!

Ditengah kondisi itu lalu muncul lah manusia yang dengan sombong menyebut dirinya sebagai avero (re:orang yang berjuang gigih) dan dengan tinggi hati menjuluki dirinya sendiri dengan rangkaian kata indah  yaitu mahasiswa. Dengan slogan yang begitu mulia, yang hadir sebagai agent of change dan social control bahkan sesungkan siap menjadi martir untuk mencapai kesejahteraan.

Sekonyong-konyong ia berteriak kesana-kesini tapi layaknya fatamorgana ditengah pemakaman, jangankan membuat Misero menjadi bergabung dengan si toa itu! Mendengarpun rasanya sudi karena Avaro hanya bisa membuat bising dan gaduh ditengah menjalani ragkaian adat kematian.

Akhirnya tak ada orang yang mau peduli akan keberadaannya karena manusia di pemakaman sedang fokus menangisi dirinya sendiri.

Avero tak patah arang, ia dengan payahnya baru tersadar bahwa ia tak dapat melakukan perubahan dengan sendiri, maka ia memulai dengan melakukan merancang strategi dengan serampangan. Biarlah!, kan namanya juga mahasiswa, jiwa muda penuh coba-coba dan kalau salah ya tinggal minta maaf.

Selesailah ia membuat blue map nya yang ia buat, dilanjutkan dengan kampanye dari sebuah kamar megah secara estetik namun payah membina etik yang dinamai Sekretariat Mahasiswa untuk mengajak segala makhluk baik halus atau kasar untuk bergabung dengan barisan-nya yang setelah nanti terkumpul, barisan tersebut akan dinaungi oleh nama resmi agar keliatan keren dan ada wibawa-nya sedikit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun