Mohon tunggu...
Intan Rosmadewi
Intan Rosmadewi Mohon Tunggu... Guru SMP - Pengajar

Pengajar, Kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain ; sesungguhnya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri QS. Isra' ( 17 ) : 7

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Minum Jamu Kekinian Tanpa Rasakan Pahit yang Mendera

25 April 2017   23:48 Diperbarui: 28 April 2017   20:47 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggur Salah Satu Bahan SoMan

“Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan.  Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. An-Nahl : 11)

Minum jamu bukan sekedar bayang – bayang semu rasanya pasti pahit dan aroma langu yang tiada terkira serta butuh mental baja bagi seorang pemula mempersiapkan diri meneguk racikan akar – akaran  dari aneka  rempah – rempah berkhasiat budaya Nusantara yang diakui oleh masyarakat dunia.

Satu kata  “pahit” ini teramat mengganggu dan menjadi kendala psickologis untuk semua yang faham khasiat jamu yaitu agar bisa meningkatkan  kesehatan dan stamina,  kebugaran tubuh, awet muda dan seabreg manfaat – manfaat lainnya.

Masyarakat Indonesia sepertinya yakin sekali akan keutamaan meminum jamu, akan tetapi  ada kalanya nekat saja tidak pernah minum jamu karena tidak berdaya akan rasa pahit yang menusuk – nusuk  di ujung lidah.

Keyakinan akan manfaat jamu bagi kebugaran dan kesehatan tubuh itu teramat kuat dalam benak penulis salah satu sebabnya karena sudah menjadi budaya turun temurun masyarakat Indonesia di semua wilayah dari pulau jawa yang paling padat hingga pulau Amparo  yang terpencil dan pulau Alor   terluar.

Pernah terlintas dalam benak penulis ingin minum jamu yang berlimpah khasiat bagi tubuh sehingga memiliki kesaktian (  #dueer #maksudnya  #apasiih ) dengan perasaan nyaman dan bahagia tanpa perasaan takut yang terbina sehingga menimbulkan rasa tentram di hati.


Khayalan demi khayalan terekam kuat dalam benak penulis berkait dengan pemaksaan budaya minum jamu yang dilakukan orang tua dan Mbah Buyut pada suatu masa yang pernah dialami dan pergi ke masa lalu.

Tanpa di duga – duga fikiran yang terlintas beberapa puluh  tahun yang lalu itu  karena sering di paksa minum jamu oleh Mamah sang  Ibundaku  terutama selesai haid  dikala masih remaja,   dan oleh Mbah Buyut Sumo setiap pagi disiapkan jamu daun pepaya pasca persalinan minimalnya ritual minum jamu sehabis melahirkan adalah  empat puluh hari.

Sesungguhnya sangat jelas meminum jamu  itu bukan semacam neraka tetapi menyiksa dan membuat penulis sering komplain berulang  pada almahrum suami jamu bersalin yang dihidangkan  kental pahit langu menimbulkan perasaan mual sebelum di minum dan ingin hidup ini dipasung saja agar tidak meminum jamu itu  la . . . la . . . la . . .  sudah berlalu.

Anggur salah satu buah Surga
Anggur salah satu buah Surga
Komplain – komplain nyinyir yang di lakukan penulis sebagai Ibu beranak 12 orang itu tidak pernah di pedulikan oleh suami tercinta  (almarhum) demikian oleh Mbah Buyut Sumo (almarhumah) dengan ulet dan tekun sang sepuh  menghidangkan jamu aroma  “sampah”  . . . .  akan tetapi memang terbukti penulis cukup sehat hingga hari ini  usia menjelang kepala enam.

Alhamdulillah . . . . .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun