Mohon tunggu...
Rosidin Karidi
Rosidin Karidi Mohon Tunggu... Human Resources - Orang Biasa

Dunia ini terlalu luas untuk ku. Menjadikan sadar semakin sedikit yang ku tahu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tangisku Pecah di Putaran Pertama Tawaf

21 Desember 2018   21:32 Diperbarui: 21 Desember 2018   22:21 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana keramaian jemaah haji saat tawaf | dokumen pribadi

Disinilah dimulai titik kelelahan kita sebagai jemaah menjalankan ibadah haji. Kurang tidur, akan menjadi bagian rangkaian selama empat hari kedepan. Setidaknya kenyamanan tidur terganggu, tidak lagi senyaman di hotel.

Jenazah haji tengah dengarkan khutbah wukuf dalam tenda di Arafah | dokumen pribadi
Jenazah haji tengah dengarkan khutbah wukuf dalam tenda di Arafah | dokumen pribadi
Malam pertama di Arafah, waktu tidur mulai berkurang. Kualitas tenda meski sudah alami peningkatan signifikan, tetap tidak senyaman kamar tidur. Tidak ada kasur, bantal, atau selimut. Apapun kondisnya tidurlah, esok hari bersiap wukuf. Siapkan doa-doa terbaik. Karena waktu dan tempat sangat mustajab panjatkan doa. 

Malam kedua, nyaris tidak tidur. Mulai sore, jemaah berangsur dari Arafah ke Muzdalifah. Istirahat sebentar hingga lewat tengah malam, sambil ambil batu untuk lempar jumrah. Di sini tidak tenda, hanya alas penghalang dari hangatnya pasir. Toilet pun minim. Usai tengah malam bergerak lagi ke Mina.

Maka saat tiba di tenda Mina, gunakan waktu untuk istirahat. Tak perlu lakukan banyak aktivitas. Siang atau sore perjalanan masih panjang menuju jamarat, hingga tiga atau empat hari berikutnya. Disini ketahanan jalan kaki jemaah akan teruji, menempuh jarak 10-15 kilometer setiap harinya. Sangat melelahkan. 

***

Persiapan berangkat haji memang harus dirancang matang, termasuk barang bawaan. Setidaknya untuk kebutuhan selama 40 hari bukanlah barang sedikit. Ditambah dengan kebutuhan perlengkapan ibadah, dan makanan favorit perlu dibawa. Namun semua itu dibatasi muatan koper maksimal 32 kilogram.

Sebenarnya tidak ribet mensiasati. Ukuran koper 32 kilogram dan kabin 7 kilogram sudah lebih dari cukup bawa kebutuhan jemaah. Ukuran ini sudah dihitung cermat, tidak merepotkan dan membebani pesawat. 

Pertama, penulis coba membuat ceklis barang kebutuhan, semuanya. Pakaian, peralatan, obat, perangkat ibadah, makanan, dan lainnya. Buat sedetil mungkin. Ceklis ini sekaligus pengingat dan penanda saat barang masuk koper.

Kedua, buat prioritas hingga akhirnya barang dirasa cukup masuk koper. Pastikan tersisa ruang kosong baik di koper maupun tas kabin. Pilah, mana barang masuk koper, mana tas kabin. Ini penting, terutama kain ihram. Karena selama perjalanan jemaah tidak ketemu koper sampai di hotel.

Beberapa kali berhaji, penulis coba gunakan sepertiga ruang koper untuk pakaian. Karena sebagian besar sudah masuk tas kabin. Ruang sisa koper gunakan untuk peralatan, bahan kebutuhan lain dan makanan.

Bila bawa makanan, terutama basah, pastikan tertutup rapat dalam bungkus berbahan kuat dan tidak mudah mengembang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun