Di sebuah sudut kota Tasikmalaya, tepatnya di Kelurahan Panyingkiran, berdiri sebuah usaha kerajinan tangan yang telah melampaui batas waktu dan generasi Payung Geulis Karya Utama. Lebih dari sekadar kerajinan, Payung Geulis adalah hasil perpaduan antara seni, warisan budaya, dan ketekunan masyarakat lokal. Usaha Payung Geulis Karya Utama telah ada sejak tahun 1971, namun akarnya menelusuri jauh ke era 1930, saat Alm A. Sahrod Kakek dari pemilik saat ini yang mulai menekuni seni membuat payung hias yang penuh filosofi dan makna.
Di tengah arus modernisasi yang deras, keberadaan industri kreatif berbasis budaya lokal menjadi sangat penting. Salah satu contohnya adalah Payung Geulis kerajinan khas Tasikmalaya yang bukan hanya sekadar fungsional, melainkan juga simbol estetika dan identitas budaya. Usaha Payung Geulis Karya Utama menjadi salah satu pelopor yang menjaga eksistensi kerajinan ini, mereka juga menciptakan lapangan kerja, memperkuat pelestarian budaya nasional.
Payung Geulis Karya Utama resmi didirikan pada 12 April 1971, namun akar usahanya telah tumbuh sejak tahun 1930 yang dibangun oleh pasangan A. Sahrod dan Mak Cicih, pemilik saat ini, Bapak Sandi. Dulu kerajinan payung gaulis sempat redup, tapi berkat semangat pelestarian budaya, mereka berdua mulai nekat memulai usaha ini. Hebatnya semua proses produksi masih dilakukan secara manual dari rangka bambu, lukisan tangan ditudung kain atau kertas sampai detail pewarnaan memakai kanji. Tidak hanya untuk bertahan hidup, Bapak Sahrod juga berhasil mengangkat nama Payung Geulis ke level nasional. Kerajinan Payung Geulis Karya Utama ini menjadi buah tangan untuk tamu-tamu penting yang datang ke Tasikmalaya. Setelah Bapak Sahrod meninggal pada tahun 2003 usaha ini dilanjutkan oleh Emil Yulianti, usaha ini sempat berhenti sepeninggalnya. Payung Geulis Karya Utama ini kembali bangkit berkat dorongan salah satu pekerja senior, Mak Iyah. Meski awalnya Bapak Sandi tidak memiliki niat untuk melanjutkan, ia akhirnya memutuskan untuk meneruskan perjuangan dan mengembangkan usaha keluarganya dalam menjaga warisan budaya ini. Ia mulai mempromosikan Payung Geulis lewat media sosial, dan ikut pameran.
Proses pembuatan Payung Geulis dimulai dengan pembuatan kerangka terlebih dahulu. Kerangka ini terbuat dari bahan bambu yang dipotong dan dibentuk sedemikian rupa agar kuat dan ringan. Setelah kerangka selesai, bagian pinggirnya diberi benang yang berfungsi sebagai penahan untuk kain, kertas, atau bahan pelapis lainnya yang akan digunakan sebagai permukaan payung.
Langkah selanjutnya adalah menempelkan kain atau kertas pada kerangka dengan menggunakan lem khusus. Setelah proses pengeleman selesai, payung dijemur hingga benar-benar kering agar hasilnya lebih kuat dan tahan lama.
Setelah kering, permukaan payung siap untuk dihias. Pada tahap ini, payung dapat dilukis dengan motif-motif khas yang mencerminkan budaya lokal, atau langkah dipasangi pegangan sebagai penutup akhir.
Terakhir, bagian pinggir kain dijahit untuk merapihkan hasil akhir dan memberikan kesan yang lebih halus dan estetis. Proses ini dilakukan secara teliti agar Payung Geulis tidak hanya indah dipandang, tetapi juga awet dan fungsional.
Keunggulan utama dari Payung Geulis Karya Utama adalah orisinalitas dan keindahan motifnya. Â Berbeda dengan produk modern yang menggunakan digital printing, Karya Utama tetap mempertahankan teknik lukis tangan sebagai ciri khas. Selain itu, fleksibilitas produksi memungkinkan produksi ini beradaptasi dengan kebutuhan zaman, seperti payung hias dengan lampu untuk dekorasi kafe atau acara khusus. Pemasaran dilakukan melalui media sosial dan marketplace seperti Tokopedia, yang memudahkan akses bagi konsumen domestik maupun internasional.