Begitu juga di Aceh kami diundang makan di kampung Janto  oleh penduduk disana,dimana kami juga memenuhi undangan makan tersebut .Tidak membeda bedakan agama dan suku ,walaupun yang mengundang beragama Islam sedang kami sendiri beragama Katolik.
Juga ketika kami mengunjungi panti Asuhan di Bali,kami mengunjungi Panti Asuhan yang memiliki back ground beragama Hindu. Yang namanya berkunjung ke Panti Asuhan tentu saja memberikan sesuatu sesuai kemampuan diri.
Ketika kami ke Ende kami juga nengunjungi Panti asuhan dari Katolik.Dimana bayi bayi diasuh disana oleh para biarawati
Kesimpulan:
Bagi kami berdua, hidup bertoleransi sudah sejak dulu menjadi bagian dari kehidupan . Dan bertoleransi bukanlah merupakan suatu hal baru bagi kami berdua Â
Diantara yang tampak pada foto pendukung artikel ini, hanya kami berdua yang berbeda. Tetapi perbedaan bukanlah merupakan halangan untuk menjalin hubungan persahabatan dan kekeluargaan.
Hidup damai dalam segala keberagaman sudah mendarah daging dalam kehidupan pribadi kami . Kami bersyukur kepada Tuhan karena dikaruniai kesempatan untuk menikmati kebersamaan dengan dikelilingi oleh orang orang yang menyayangi kami berdua, termasuk sahabat di Kompasiana ini.
Terima kasih kepada semua sahabat di Kompasiana yang selalu berbaik hati untuk memberikan support nya.Â
3 April 2024.
Salam sayang,