Mohon tunggu...
Rosalinda BeliaArrohmah
Rosalinda BeliaArrohmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa University of Muhammadiyah Malang

Mahasiswa University of Muhammadiyah Malang Nama : Rosalinda Belia Arrohmah NIM : 202110230311423

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Self-Diagnose

29 September 2021   19:07 Diperbarui: 29 September 2021   20:26 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Self-Diagnose Bahaya untuk Kesehatan Mental?

Hallo temen-temen!!

Di artikel ini akan membahas terkait bahaya dari Self-Diagnose. Sebelumnya kita harus mengetahui terlebih dahulu, apasih sebenarnya Self-Diagnose itu?

Self-Diagnose merupakan proses dimana individu mengamati dalam diri mereka sendiri, gejala psikologi, dan mengidentifikasi penyakit atau gangguan berdasarkan hal tersebut tanpa adanya konsultasi medis. (Ahmed, A. and Stephen, S. 2017)

Di-era modern seperti ini banyak sekali website atau bahkan aplikasi yang menyediakan "jasa" untuk mendiagnosis diri sendiri, seperti medoctor.com, halodoc.com, symptoms.webmd.com dan situs lainnya. 

Padahal menurut beberapa penelitian mendiagnosa diri sendiri sangat tidak dianjurkan, jika mereka memang memiliki masalah atau keluhan pada gangguan mental bisa langsung mendatangi pakarnya-psikolog.

Namun, banyak sekali masyarakat yang enggan untuk pergi ke psikolog, mereka merasa takut jika ternyata keluhannya membutuhkan penanganan yang serius. Dan juga kebanyakan dari mereka beranggapan bahwa "kalo bisa ditangani sendiri kenapa harus ke psikolog?", "biaya ke psikolog mahal", "cuma masalah sepele kayak gini ngapain di bawa ke psikolog?", "lihat cara di internet banyak tinggal praktekin aja selesai" dan masih banyak lagi stereotype masyarakat terkait hal tersebut. Padahal masalah yang mereka anggap sepele itu bisa menjadi hal yang serius jika salah dalam penanganannya.

Dampak dari Self-Diagnose sendiri sangat berbahaya bagi kaum awam yang memang tidak memiliki ilmu terkait mendiagnosis diri sendiri. Biasanya orang yang mendiagnosis diri sendiri secara asal-asalan akan berdampak pada kesehatan mental yang lebih buruk. 

Mereka akan sering memberikan label kepada diri nya sendiri seperti contoh, "aku depresi nih!", "aku kayaknya mau gila deh!", "Stress deh aku!" dan berbagai macam label lainnya, hal tersebut tentu bukannya membuat kondisi semakin baik malah membuat kondisi semakin buruk.

Jika kondisi semakin memburuk kita sudah tidak bisa mengandalkan penanganan secara mandiri mengikuti step by step yang di dapat dari situs-situs yang tersedia, kita harus menemui psikolog atau psikiater untuk penanganan yang lebih lanjut. Karena, jika kondisi sudah memburuk dan kita salah dalam penanganan dapat berakibat fatal terhadap kesehatan mental.

Namun berbeda lagi untuk orang awam yang sudah mengerti akan ilmu mendiagnosis diri, mereka akan lebih mengerti mengenai kondisi kesehatan mentalnya, dan mereka dapat mengetahui bagaimana cara mencegah serta menangani diri sendiri agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun