Mohon tunggu...
Rosadiyank Vioctabella P.A.
Rosadiyank Vioctabella P.A. Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Just be Yourself

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Netizen Harus Paham Mengenai Kecerdasan Emosional Digital

2 Januari 2022   12:30 Diperbarui: 2 Januari 2022   13:00 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Netizen dan Sosial Media. Sumber ilustrasi : freepik.com

Sebelum masuk pada pembahasan baiknya kita berkenalan dulu dengan apa itu Netizen dan apa itu kecerdasan emosional digital? Netizen memiliki makna “warga internet”. Kemudian istilah NETIZEN terbentuk dari dua kata yaitu INTERNET dan CITIZEN (warga). Jadi kesimpulannya Netizen merupakan user (pengguna) internet aktif dalam berkomunikasi, mengeluarkan pendapat, berkolaborasi di media internet.

Kemudian apa itu kecerdasan emosional digital? Kecerdasan Emosional sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola atau mengontrol emosi dirinya. Selain itu kecerdasan emosional juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan atau intelegensi yang didalamnya terdapat kemampuan untuk memahami perasaan diri sendiri dan orang lain (menurut beberapa psikolog). Konsep dari kecerdasan emosional digital itu sendiri merupakan inisiatif pengembangan konsep kecerdasan digital yang dikembangkan oleh DQ Institute. Menurut DQ Institute, ada tiga ketrampilan yang harus ada untuk menumbuhkan kecerdasan emosional digital yaitu

  • Empati Digital (Digital Emphaty) yang artinya kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi pengalaman orang lain yang berkaitan dengan perasaan dalam ruang digital. Empati dianggap sebagai kemampuan saling memahami perasaan orang lain. Dalam ruang digital tak jarang kita melihat beberapa user yang berkeluh kesah karena  sedang mengalami hari berat. Disitu kita dapat melihat beberapa komentar dan menilai apakah Netizen saat ini masih memiliki empati atau tidak.
  • Kesadaran Manajemen Diri (Self Emphaty Awareness and Management) kesadaran dan manajemen diri berhubungan dengan kemampuan untuk memahami dan menyelaraskan antara sistem nilai dan kompetensi digital dengan lingkungan digital yang dihadapi oleh masing-masing individu. Pentingnya mengendalikan diri akan suatu tindakan yang akan dilakukan atau sedang dilakukan, baik dari aspek pikiran maupun ucapan agar diri kita sendiri tidak terdorong untuk melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.
  • Manajemen Relasi (Relationship Management) manajemen relasi adalah kemampuan untuk mengelola hubungan di ruang digital. Dengan manajemen relasi yang baik maka semakin baik juga hubungan kita dalam kehidupan sosial terutama pada ruang digital. Di ruang digital kita tentunya tidak bertemu secara langsung dengan pengguna yang lain namun kita tetap dapat melakukan hubungan melalui chat ataupun saling follow.

Seiring perkembangan zaman Netizen saat ini sudah pintar dalam menggali informasi dan selalu update akan hal apa yang sedang terjadi. Semua informasi bisa didapatkan baik melalui hubungan relasinya sendiri maupun dari sosial media. Di sosial media telah banyak disediakan platform untuk menulis berita ataupun tempat untuk mengungkapkan sesuatu seperti upload melalui feed atau story.

Banyak kita lihat juga di sosial media seperti Twitter, Instagram, TikTok, Facebook terdapat comment section dimana kita dapat berkomentar mengenai feed yang diupload seseorang. Terdapat berbagai macam komentar yang muncul mulai dari sekedar lucu-lucuan, memberikan pendapat, memuji, dan bahkan ada yang menghujat. Hujatan tersebut biasanya bisa mengungkapkan ketidaksukaan atau ketidaksetujuan. Namun yang salah dari hujatan tersebut adalah kata-kata yang digunakan. Mereka kadang mengungkapkan ketidaksukaannya tersebut dengan melontarkan kata-kata yang tidak pantas seakan-akan tidak memiliki empati sedikitpun. Sebenarnya kita boleh untuk tidak suka atau tidak setuju akan pendapat orang namun sebaiknya disampaikan dengan baik tanpa mengeluarkan kata-kata yang tak pantas.

Di beberapa kasus di media sosial seperti pada TikTok contohnya, terdapat sebuah akun yang memang kegiatan sehari-harinya melakukan bagi-bagi untuk orang dipinggir jalan dan untuk orang yang tidak mampu. Ia mendokumentasikan momen ketika ia berbagi lalu kemudian menguploadnya ke TikTok. Banyak Netizen yang berkomentar positif, namun masih saja terdapat beberapa komentar yang berkata bahwa hal yang dilakukannya merupakan pencitraan. Padahal menurut saya sendiri tujuan dari akun tersebut mengupload video tersebut untuk memotivasi supaya kita tidak lupa untuk terus berbuat baik dan saling berbagi, sekecil apapun itu. Pada kasus tersebut dapat kita lihat bahwa Netizen yang berkomentar negatif hanya bisa berkomentar namun tidak memiliki empati dengan sesama manusia.

Adapula kasus Netizen lain yang berkomentar tidak pantas di beberapa akun sosial media seperti selebgram atau pengguna biasa lainnya yang dimana komentar tersebut mengandung “body shaming”. Dari sikap Netizen tersebut yang merasa bahwa ia “maha benar” dan “maha sempurna” tidak menyadari bahwa ia juga pasti memiliki kekurangan. Padahal fungsi media sosial salah satunya adalah untuk mengekspresikan diri, sehingga bebas saja kita mengunggah konten apapun asalkan tidak mengandung SARA.

Perlunya kecerdasan emosional digital pada netizen benar-benar sangat diperlukan. Perlunya empati dan kesadaran dalam bersosial media menjadi peran yang sangat penting. Kita bersosial media menghadapi banyak user maka cerminkanlah pribadi yang baik. Apalagi belakangan ini juga semakin banyak kasus pelanggaran UU ITE. Kasus yang sering muncul tersebut yaitu kasus pencemaran nama baik yang terjadi di sosial media. Semakin bebas orang-orang berekspresi di sosial media semakin banyak pula kasus pencemaran nama baik yang terjadi. Ini akibat dari beberapa Netizen yang masih belum menanamkan sikap empati, kesadaran manajemen diri, dan manajemen relasi. Perlu diingat bahwa kita masih hidup bersosial. Sangat disayangkan apabila Netizen masih mengetikkan komentar yang tidak pantas yang bisa membuat orang lain menjadi hilang respect dan berakhir dengan kerugian yang tidak diinginkan. Jarimu Harimaumu. Jangan sampai ketikan kalian di sosial media menjadi boomerang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun