Mohon tunggu...
Ropiyadi ALBA
Ropiyadi ALBA Mohon Tunggu... Guru - Tenaga Pendidik di SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat dan Mahasiswa Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indra Prasta Jakarta

Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat, membaca dan menulis untuk pengembangan potensi diri dan kebaikan ummat manusia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Eksistensi Manusia di Muka Bumi

31 Desember 2019   15:38 Diperbarui: 31 Desember 2019   15:52 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Palembang.tribunnews.com

Berbicara manusia, berarti membicarakan kita selaku salah satu makhluk ciptaan Allah SWT di Muka bumi. Dari sekian banyak makhluk ciptaan Allah SWT, seperti hewan, tumbuh-tumbuhan, jin , malaikat, dan seluruh benda-benda--baik yang hidup maupun yang mati, manusia adalah satu-satunya makhluk yang diberikan kesempurnaan wujud dan dilengkapi dengan akal pikiran serta nafsu. Hal inilah yang membuat manusia berbeda dengan makhluk yang lain, sehingga ia mempunyai peran khusus dalam keberadaannya  di Muka bumi.

Peran dan tugas utama manusia di muka bumi adalah untuk mengabdi dan beribadah secara murni kepada Allah SWT. Tugas yang sudah pernah ada sejak zaman nabi Adam a.s hingga saat ini. Mengabdi dan beribadah kepada Allah adalah merupakan wujud rasa syukur kita kepadaNya, karena Dia telah memberikan beragam nikmat dan karuniaNya kepada kita secara cuma-cuma. 

Hanya satu yang Dia minta kepada kita yaitu bersyukur dan menyembahNya. Ibadah yang dimaksud kaitannya cukup luas, tidak semata-mata bersifat transdental/vertikal seperti sholat dan puasa. Ibadah yang dimaksud juga bersifat horizontal artinya menyebar kebaikan kepada sesama dan lingkungan sekitar.

Sebagai seorang manusia, baru dikatakan benar-benar ada/eksis jika ia bermanfaat bagi banyak orang. Jika seorang manusia, keberadaannya tidak membawa manfaatnya bagi banyak orang atau bahkan sebaliknya justru membawa masalah bagi sekitar, sesungguhnya keberadaanya seperti ketiadaanya. 

Dorongan atau motif utama yang menyebabkan seseorang beraktifitas, seperti sekolah, bekerja, atau yang lainnya adalah ingin diakui keberadaan atau eksistensinya di lingkungan masing-masing. Namun terkadang apa yang kita harapkan dari hasil perbuatan yang kita anggap baik tidak selamanya berbuah kebaikan di mata masyarakat secara umum. Di sinilah perlu kita sadari bahwa hidup kita, perbuatan kita, bahkan mati kita semata-mata karena mengharap ridho Allah SWT bukan ridho manusia dan lainnya. Sehingga perlu kita ubah mind set kita bahwa segalanya bersifat Allah minded.

Perlu kita sadari pada dasarnya kita ini berasal dari tidak ada, kemudian sekarang ada, dan esok kembali kita tiada, dan selanjutnya ada, dan terus ada selama-lamanya. Keberadaan kita di dunia ini disebabkan oleh Rahmat dari zat yang Wajib Ada (Wajibul Wujud), Dialah Allah Azza wajalla. 

Apabila dalam keberadaan kita saat ini kita tidak menghadirkan peran Allah dalam kehidupan sehari-hari maka sama artinya kita telah membuang eksistensi kita sebagai makhluk ciptaan Allah sehingga keberadaan kita dianggap tidak ada olehNya. Ini merupakan musibah terbesar  dalam kehidupan kita.

Tugas kita yang lain sebagai manusia adalah berusaha mencari ridho Allah SWT. Jangan sampai kita merasa ridho kepada Allah, tetapi Allah belum ridho kepada kita. Kunci dari keridhoan Allah adalah terletak pada kesucian Jiwa. Jiwa yang tenang Tatkala disebut namaNya, Jiwa yang selalu berada di jalan Taqwa dan ketaatan, bukan jiwa yang penuh dengan dosa dan maksiat.

Bapak moyang kita (Adam a.s) berasal dari surga dan karena sebuah kesalahan memperturutkan hawa nafsu maka ia tergelincir dari surga. Namun ada sebuah hikmah mengapa Adam diturunkan ke bumi, yaitu untuk menciptakan "surga" di muka bumi, sebagaimana surga yang pernah ia nikmati dahulu. Sehingga sebagai anak keturunan Adam, sudah seyogyanya kita melanjutkan tugas beliau sebagai Khalifatullah fil ardhi  untuk memakmurkan bumi selayaknya surga Adn.

Jika hari ini masih banyak manusia yang justru merusak bumi, mengambil Sumber Daya Alam yang terkandung di dalamnya tanpa memikirkan kelestarian alam bahkan merusak alam, maka perlu dipertanyakan eksistensinya sebagai manusia, benarkah ia 'manusia' keturunan Adam?, atau jangan-jangan ia keturunan Iblis yang turun bersama-sama Adam dari surga.

Semoga kita semua dapat memanfaatkan peran dan fungsi Kita sebagai manusia, sehingga keberadaan kita benar-benar diakui oleh Allah SWT dan kelak dapat kembali ke kampung halaman bapak moyang kita (Adam a.s) di surgaNya.. Aamiin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun